Anak Manusia Adalah Tuhan Atas Hari Sabat

Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK Frateran Ndao - Ende

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk – Ka SMPK Frateran Ndao – Ende.

 

SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur? Jangan lupa untuk memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada sesama. Dan semoga hari mu indah dan menyenangkan!

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 6: 1 – 5, yakni tentang Murid Murid Memetik Gandum Pada Hari Sabat. Hal ini mendapat kritik dari beberapa orang Farisi, sebab para murid Yesus, telah melanggar aturan hari sabat. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang orang Farisi dan ahli ahli Taurat sangat memegang teguh atau patuh atau taat buta pada aturan hari sabat. Mereka lupa bahwa aturan hari sabat atau aturan aturan lainnya harus berlandaskan pada hukum Kasih, yang merupakan hukum utama dan pertama yang terejahwanta pada diri Yesus. Dan dalam banyak kesempatan Yesus melakukan berbagai mukjizat justeru pada hari sabat. Mengapa? Sebab, Anak Manusia Adalah Tuhan Atas Hari Sabat.

Para murid Yesus memetik gandum karena lapar, melakukan perbuatan baik, dan menyelamatkan nyawa orang pada hari sabat, sesungguhnya bukanlah suatu kejahatan. Oleh karena itu, sebenarnya Orang Orang Farisi dan ahli ahli Taurat, terlalu kaku oleh karena keterbatasan mereka dalam menafsirkan dan memahami aturan hari sabat. Andai mereka terbuka hati dan pikirannya, bahwa Yesus selalu melakukan berbagai mukjizat pada hari sabat. Itu dilakukan Nya, karena Dia adalah Tuhan atas hari sabat.

Bagaimana dengan kita? Kita pun hendaknya jangan terlalu kaku dengan aturan. Setiap aturan mesti harus berlandaskan pada aturan atau hukum kasih, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia. Jadi, jangan kaku dengan aturan, demi kemanusiaan. Manusia jauh lebih penting dari pada aturan atau hukum. Apalagi untuk sebuah kebajikan dan kebaikan sesama. Semoga.

Selamat Berakhir pekan!!