Jangan Menyebarkan Aib Sesama

Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan? Jangan lupa untuk memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada sesama. Dan semoga hari mu indah dan menyenangkan. Jangan lupa untuk selalu bahagia! Pada hari ini, gereja katolik sejagat merayakan Hari Raya Santo Yusuf, Suami Santa Perawan Maria.

Dan renungan hari ini terinspirasi dari Injil Matius 1: 16. 18 – 21. 24a, yakni tentang Silsilah Yesus Kristus dan Kelahiran Yesus Kristus. Ada dua perikop dalam Injil hari ini, yakni Silsilah Yesus Kristus dan Kelahiran Yesus Kristus. Sebagai manusia, Tuhan Yesus memiliki silsilah atau garis keturunan keluarga. Itu artinya Dia masuk dalam sejarah hidup manusia. Oleh karena itu pula, sebagai manusia, Ia lahir, hidup dan mati seperti manusia. Namun, bedanya, Ia dikandung dari Roh Kudus melalui rahim santa Maria yang kala itu bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga raja Daud. Dan saat Maria tunangannya mengandung, Yusuf sebagai tunangan Maria, hendak menceraikannya secara diam diam, sebab ia tidak mau mencemarkan nama istrinya dimuka umum. Inilah sikap tulus hati yang ditunjukkan oleh Yusuf tunangan Maria.

Dan saat ia hendak melakukan rencananya itu, dia membuat discernment melalui malaikat Tuhan yang tampak kepadanya dalam mimpi, dan berkata: ” Yusuf anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maria akan melahirkan anak laki laki, dan engkau akan menamai Dia Yesus, karena Dia lah yang akan menyelamatkan umat Nya dari dosa mereka. Dan sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan Malaikat Tuhan kepadanya”.

Demikianlah, ketulusan hati Yusuf, membuahkan: ketaatan, kerendahan hati dan keterbukaan hati untuk berdiscernment, untuk mendengarkan suara Allah melalui malaikat Tuhan. Bisa dibayangkan, andai Yusuf tidak tulus hati, tidak rendah hati, tidak terbuka hatinya, dan tidak taat untuk berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya, maka bisa jadi ia menceraikan Maria sebagai istrinya. Namun, Yusuf adalah seorang pribadi yang tulus hati, seorang yang taat pada kehendak Tuhan, seorang yang rendah hati, seorang yang bersahaja, dan seorang yang memiliki hati yang terbuka terhadap rencana dan kehendak Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Kita harus belajar dari sikap hati Santo Yusuf, yang tidak suka menggosip murahan, yang tidak mau menyebarkan aib istrinya (sesama), tidak mau mencermarkan nama istrinya atau kejelekan, keburukan sesama dimuka umum. Dan yang dilakukannya adalah melakukan discernment dengan membuka hatinya untuk mendengarkan suara Tuhan melalui malaikat Tuhan. Akhirnya, dari Santo Yusuf kita belajar untuk bersikap tenang, sabar, tidak emosional, tidak tergesa-gesa, untuk bertindak, ketika kita menghadapi berbagai persoalan dalam hidup, sembari arahkan hati kita kepada Tuhan untuk memohon petunjuk dari Nya.

Semoga demikian.