♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan? Jangan lupa untuk memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada sesama. Dan semoga hari mu indah dan menyenangkan. Jangan lupa untuk selalu bahagia! Pada hari ini gereja katolik sejagat merayakan hari Jumat Agung: Mengenang Sengsara dan Wafat Tuhan.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 18: 1 – 19: 42, yakni tentang Yesus Ditangkap; Yesus Dihadapan Hanas – Petrus Menyangkal Yesus; Yesus Dihadapan Pilatus; Yesus Dihukum Mati; Yesus Disalibkan; Yesus Mati; Lambung Yesus Ditikam; dan Yesus Dikuburkan. Kurang lebih ada 8 perikop tentang Kisah Mengenang Sengsara Tuhan, mulai dari Yesus Ditangkap sampai Yesus Dikuburkan. Semua ini diterima dan dialami oleh Yesus, hanya demi ketaatan Nya kepada kehendak Bapa, dan cinta Nya kepada kita manusia. Dan cinta Yesus kepada kita manusia, bukanlah cinta yang biasa, melainkan cinta yang luar biasa, alias cinta sejati melalui jalan salib, jalan sengsara, jalan penderitaan, bahkan sampai Ia mengorbankan nyawa Nya dengan wafat di kayu salib.
Tuhan bersabda: ” tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat sahabatnya” (Yohanes 15: 13). Namun, dengan wafat di kayu salib, justeru Ia menarik semua orang yang percaya kepada Nya untuk diselamatkan. Itu artinya Yesus telah mengubah salib sebagai lambang atau simbol penghinaan, menjadi tanda kemenangan, tanda kejayaan dan tanda kemuliaan Nya. Dengan demikian, tidak ada kemuliaan tanpa jalan salib, tanpa jalan sengsara, tanpa jalan penderitaan. Dan bagaimana dengan kita sebagai murid Nya? Ingatlah bahwa ukuran kelayakan sebagai seorang murid Yesus adalah menyangkal diri dan memikul salib dan mengikuti Yesus.
Dia bersabda: ” setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. (Matius 16: 24). Dengan demikian, jika kita tidak bisa mengendalikan diri, mengekang diri terhadap kecenderungan keinginan kedagingan, kemanusiaan dan keduniawian kita; juga tidak dapat memikul salib kita setiap hari, maka kita tidak bisa disebut sebagai pengikut atau murid Yesus. Namun, yang perlu digarisbawahi bahwa tidak semua salib kita adalah salib Yesus. Sebab, bisa jadi itu salib kita itu adalah salib kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus.
Oleh karena itu, ciri bahwa salib kita seperti salib Yesus, adalah berkorban demi orang lain. Jika salib kita karena kebodohan atau karena kelalaian kita, maka itu bukan salib Yesus, melainkan salib kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus. Jadi, kita disebut sebagai pengikut atau murid Yesus, ketika kita menderita atau berkorban demi orang lain; dan itulah salib Yesus. Jika itu yang terjadi, maka kita kelak akan dimuliakan oleh Allah bersama Yesus. Akhirnya, ukuran cinta sejati adalah ketika ada pengorbanan untuk orang yang kita cintai, tanpa syarat dan tanpa batas, tanpa pamrih. Itulah cinta agape.
Selamat menjalani Retreat Agung: Menyenangkan Sengsara dan Wafat Yesus Di Kayu Salib. Amin.