Menjadi Sahabat Yesus

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan? Dan sudahkah anda memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada sesama? Jangan lupa untuk selalu bahagia. Dan semoga hari mu indah dan menyenangkan! Pada hari ini kita memasuki hari Minggu paskah VI.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 15: 9 – 17, yakni tentang Perintah Supaya Saling Mengasihi. Perintah Yesus ini, merupakan konsekuensi sebagai murid Yesus, sekaligus sebagai perwujudan dari hukum Kasih yang merupakan hukum pertama dan terutama, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Kedua hukum Kasih ini, sangatlah mudah untuk diucapkan dengan mulut, namun betapa sulit untuk dilakukan. Mengapa? Karena kita manusia memiliki ego dan gengsi atau harga diri atau prestise yang tinggi. Hal ini bisa kita lihat betapa sulitnya kita mengampuni atau memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Atau sebaliknya, betapa sulitnya kita meminta maaf ketika kita berbuat atau melakukan kesalahan. Mungkin diatas mulut kita dengan mudah mengatakan kita mengasihi Allah, tetapi apakah kita juga dengan mudah mengampuni atau memaafkan sesama yang berbuat atau melakukan kesalahan kepada kita? Atau apakah kita juga dengan mudah meminta maaf kepada sesama, ketika kita berbuat atau melakukan kesalahan? Sebagai murid Yesus, harusnya kita bisa. Mengapa?

pertama: Yesus Sang Guru dan Tuhan kita yang kita imani, telah memberikan contoh atau teladan kepada kita, saat di salib kan Dia berdoa dan mengampuni para algojo atau serdadu yang memukuli Nya: ” ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23: 34). kedua: kita akan disebut sebagai sahabat Yesus, bukan sebagai teman, bukan juga sebagai murid, apalagi sebagai hamba, melainkan sebagai sahabat. Citarasa sebagai seorang sahabat jauh lebih dekat, akrab, intim dari teman, murid apalagi hamba. Namun, syaratnya harus bisa melakukan apa yang diperintahkan kepada kita. Perintah itu adalah perintah untuk saling mengasihi, seperti Dia telah mengasihi kita. Bahkan Kasih Nya, sampai rela mengorbankan nyawa Nya. Dia bersabda: ” tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya demi sahabat sahabatnya.

Maka, jika kita tidak bisa mewujudkan kasih itu, dengan tidak bisa mengampuni atau memaafkan sesama yang telah melukai hati dan perasaan kita, atau sebaliknya kita sulit untuk meminta maaf kepada sesama, karena kesalahan yang kita lakukan, yang membuat orang lain sakit hati, maka kita bukanlah sahabat Yesus, melainkan hanya sebatas murid, hanya teman dan juga hamba. Mengapa? Karena yang namanya Sabahat Yesus, kalau kita berani mewujudkan nyatakan kasih kepada Tuhan, dengan rela dan ikhlas mau mengampuni atau memaafkan sesama yang membuat terluka hati dan perasaan kita atau sebaliknya kita dengan rendah hati berani mau minta maaf ketika sikap, perilaku, tutur kata dan perbuatan kita, membuat orang lain terluka hati dan perasaannya.

Jika itu yang terjadi, maka kita telah menjadi SAHABAT YESUS. Akhirnya, agar kita bisa melakukan hal demikian, maka kita harus sungguh-sungguh tinggal di dalam KASIH Yesus, dengan menjalin relasi yang akrab, intim serta intens dengan Nya melalui DOA, IBADAT, KEBAKTIAN DAN EKARISTI. Semoga demikian.

Selamat Berhari Minggu.