♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan?Ada banyak alasan, mengapa kita harus mengucap syukur kepada Tuhan. Dan satu di antara sekian alasan itu ialah karena kita masih diberi nafas kehidupan. Jangan lupa juga untuk melakukan hal-hal yang baik di hari ini, meskipun itu kecil. Sebab, meskipun itu kecil, tetapi bila dilakukan dengan cinta yang besar, maka akan mendatangkan keselamatan hidup yang kekal
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 5: 33 – 39, yakni tentang Hal berpuasa. Puasa pada umumnya berarti tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu. Namun, Yesus memberikan definisi yang baru tentang puasa. Bahwa puasa itu, bukan hanya soal tidak makan dan tidak minum, melainkan soal hati atau sikap, dan soal pikiran serta perbuatan. Sebab, puasa itu bukan tujuan, melainkan hanya sarana. Tujuan berpuasa adalah bersatu dengan Tuhan. Oleh karena itu, syarat untuk bersatu dengan Tuhan adalah harus menjadi manusia baru, dengan meninggalkan dan menanggalkan cara hidup manusia lama, atau telah bertobat. Jadi, manusia baru berarti memiliki hati yang baru, yakni hati yang: jujur, peduli atau peka, empati, tidak pilih kasih, tulus dalam membantu, rela berkorban untuk sesama. Juga harus memiliki pikiran baru yang: tidak mudah curiga, tidak kotor, tidak negatif, tidak sempit, tidak mudah menghakimi terhadap sesama. Dan selain hati dan pikiran baru, juga perbuatan atau tindakan yang baru, yakni dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik, sekalipun perbuatan-perbuatan itu kecil.
Namun, jika dilakukan dengan cinta yang besar, maka kita akan bersatu dengan Tuhan. Jadi, tidak ada gunanya kita tidak makan dan tidak minum, tetapi hati kita selalu: iri, cemburu, penuh kedengkian, suka dendam, fitnah, gosip murahan, sulit mengampuni atau memaafkan, selalu berbohong atau tidak jujur, selalu menipu atau berdusta, selalu cuek atau tidak peduli, egois, atau kita tidak punya hati untuk sesama; dan pikiran kita selalu: negatif, curiga atau prasangka buruk, serta perbuatan kita selalu: jahat, suka membully, usil, tidak terpuji, menyebalkan dan menjengkelkan. Oleh karena itu, ketika orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bertanya kepada Yesus, mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi sering berpuasa dan sembahyang, tetapi murid-murid Mu, tidak berpuasa?
Yesus menjawab mereka: ” dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa, selagi mempelai itu bersama mereka?”. Dengan berkata demikian, Yesus mau mengatakan bahwa para murid-Nya tidak perlu berpuasa, sebab mereka sedang bersatu dan bersama dengan Sang Mempelai, yakni Yesus yang adalah Tuhan. Dan pada saatnya para murid akan berpuasa, ketika Sang Mempelai diambil dari mereka; saat itulah mereka akan berpuasa. Sebab, tujuan mulia dari berpuasa adalah bersatu dengan Tuhan. Dengan demikian, sekali lagi, berpuasa bukan tujuan, melainkan hanya sebagai sarana, agar manusia bertobat, dengan cara meninggalkan cara atau kebiasaan hidup lama, dan mulai mengenakan manusia baru dengan cara atau kebiasaan atau habitus baru.
Atau dengan gaya bahasa lain Yesus mengatakan: ” anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru Artinya anggur baru, dalam hal ini hati, pikiran dan perbuatan baru (baik), harus disimpan dalam kantong baru, dalam hal ini manusia baru. Sebab, hanya manusia baru-lah yang akan bersatu dan bersama-sama dengan Tuhan, dalam Kerajaan Surga. Maka, mari tanggalkan manusia lama kita, dan kenakan manusia baru kita, dengan bertobat mulai saat ini. Semoga demikian.