♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan, karena masih boleh menghirup udara segar di pagi hari? Janganlah jemu-jemu untuk berbuat baik, meskipun itu kecil.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 6: 20 – 26, yakni ucapan bahagia dan peringatan. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menyampaikan dua ucapan yang bertentangan kepada para murid-Nya, yakni ucapan berbahagia lah dan celakalah. Ucapan berbahagialah ditujukan kepada: orang yang miskin, orang yang lapar, orang yang menangis, dan orang yang dibenci, dicela serta ditolak demi Anak Manusia. Namun, tidak serta-merta semua orang yang miskin memiliki Kerajaan Allah, melainkan orang miskin yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Itu artinya bisa saja dia miskin secara materi, tetapi secara rohani dia kaya, sebab dia selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.
Demikian pula mereka yang lapar. Mereka tidak serta-merta dipuaskan oleh Tuhan, sebab lapar yang diharapkan adalah lapar akan Tuhan, lapar akan Firman-Nya dan lapar akan perbuatan-perbuatan baik. Juga tidak semua orang yang menangis akan tertawa. Sebab, ukurannya adalah orang yang menderita atau yang memikul salib, karena rela berkorban demi orang lain. Demikian pula dengan orang yang dibenci, dikucilkan dan dicela serta ditolak akan bersukacita, sebab ukurannya adalah demi Anak Manusia. Namun, sebaliknya, jika kita dibenci, dikucilkan, dan dicela serta ditolak karena ulah kita sendiri, maka kita tidak akan memperoleh sukacita kelak. Bagaimana dengan ucapan celakalah yang disampaikan oleh Yesus kepada orang yang kaya, orang yang kenyang, orang yang tertawa, orang yang suka memuji. Yang perlu digarisbawahi adalah ucapan celakalah bukanlah kata-kata kutukan, melainkan ungkapan kesedihan, keprihatinan dan kekecewaan Yesus, terhadap orang yang kaya, orang yang kenyang, orang yang tertawa dan orang yang suka memuji.
Artinya kesedihan, keprihatinan dan kekecewaan Yesus akan terjadi manakala orang kaya menyalahgunakan harta kekayaannya untuk berpesta pora, untuk bersenang-senang, tanpa peduli, empati, kepada mereka yang menderita, mereka yang miskin, berkekurangan. Juga Yesus merasa sedih, prihatin dan kecewa, dengan mereka yang kenyang atau ingat diri atau yang tidak peduli dengan orang yang lapar. Demikian pula Yesus akan sedih, prihatin dan kecewa dengan orang yang tertawa, atau orang yang tidak mau menderita, tidak mau berjuang atau berusaha, atau orang yang instan, artinya orang bermental mau enaknya saja tanpa berusaha atau tanpa berjuang atau tanpa menderita. Akhirnya, Yesus juga akan sedih, prihatin dan kecewa dengan orang yang makan puji, sehingga menjadi sombong.
Bagaimana dengan kita? Semoga kita sungguh-sungguh menjadi orang yang bahagia seperti yang Yesus harapkan, dan janganlah kita membuat hati Yesus sedih, prihatin dan kecewa dengan cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak kita. Mudah-mudahan.