Merasa Tidak Layak Di hadapan Tuhan

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

SEMANGAT PAGI, semoga harimu indah dan menyenangkan dan bersyukurlah kepada Tuhan, karena anda dan saya masih di nafas kehidupan. Jangan lupa untuk selalu berbuat baik di hari ini, meskipun itu kecil. Pada hari ini, Gereja Katolik sejagat memperingati Santo Kornelius, Paus dan Martir; Santo Siprianus, Uskup dan Martir.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas: 7: 1 – 10, yakni tentang Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum. Kapernaum disebut juga sebagai kota Yesus? Mengapa? Karena Yesus tinggal, mengajar dan berkarya lebih banyak di wilayah Galilea, salah satunya di Kapernaum. Di sini Yesus berjumpa dengan seorang perwira yang mempunyai seorang hamba yang amat ia hargai. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Yang luar biasanya adalah sikap perwira itu yang sangat peduli, empati dan perhatiannya terhadap hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati itu. Sikapnya itu ia wujudkan dalam tindakan dengan meminta Yesus datang untuk menyembuhkan hambanya itu. Yang menariknya lagi, perwira itu ia meminta orang lain untuk bertemu dengan Yesus, karena ia merasa tidak layak atau pantas untuk bertemu dengan Yesus. Namun, ketika Yesus hendak datang ke rumahnya, ia pun menyuruh sahabatnya, untuk jangan datang ke rumahnya, karena tidak layak untuk menerima Yesus di rumahnya.

Tetapi, ia sangat percaya kepada Yesus, bahwa dengan Yesus berkata sepatah kata saja, maka hambanya akan sembuh. Setelah mendengar itu, Yesus sangat kagum dan berkata: ” di Israel pun iman sebesar itu belum pernah Kujumpai”. Seketika itu, hamba yang sakit tadi, sudah sehat kembali. Dari seorang perwira itu kita belajar:

pertama: sikap peduli, empati, perhatian, welas asih kepada bawahan yang “sakit dan menderita”. Kepedulian, empati dan perhatiannya menunjukkan kerendahan hatinya. Walaupun ia seorang perwira, tetapi ia memiliki hati untuk bawahannya. Ia sangat menghargai dan menghormati hambanya adalah sikap yang terpuji dan mulia.

kedua: perwira itu sangat rendah hati, yang ditunjukkannya dengan meminta orang lain untuk meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya. Namun, tidak berhenti di situ. Ia juga meminta Yesus untuk tidak datang ke rumahnya, karena merasa tidak layak untuk menerima Yesus di rumahnya. Ia merasa dan menyadari akan kekurangannya atau dosanya.

ketiga: perwira itu memiliki iman yang luar biasa, sampai Yesus memujinya. Ketika dirinya tidak layak untuk menerima Yesus di rumahnya, ia sangat percaya kalau Yesus hanya dengan berkata sepatah kata saja dari jauh, bisa menyembuhkan hambanya. Dan ternyata itu benar-benar terjadi. Maka, mari kita belajar dari sikap perwira dalam bacaan Injil hari ini. Semoga dapat menginspirasi kita, untuk selalu merasa tidak layak atau tidak pantas di hadapan Tuhan.

Kita harus selalu merasa kecil di hadapan Tuhan dan sesama. Itulah pribadi yang rendah hati, yang selalu peduli, empati, perhatian, welas asih, dan selalu menghargai dan menghormati sesama siapa pun dia. Mudah-mudahan