Tidak Punya Hati Untuk Sesama

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

 

 

SEMANGAT PAGI, semoga anda sehat dan bahagia di hari ini. Dan jangan lupa untuk selalu mengucapkan syukur kepada Tuhan Sang Pemilik kehidupan. Pada hari ini kita memasuki hari Minggu biasa XXV.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Markus 9: 30 – 37, yakni pemberitahuan kedua tentang penderitaan Yesus. Yesus secara gamblang menyampaikan kepada para rasul-Nya bagaimana Ia menderita, bahkan hingga Ia dibunuh. Namun, pada hari ke tiga Ia akan bangkit. Tetapi, lihatlah sikap para rasul-Nya. Mereka tidak punya rasa empati terhadap Yesus, melainkan mereka malah bertengkar untuk merebut siapa yang akan menjadi pemimpin di antara mereka. Coba bayangkan Yesus Sang Guru mau menderita, mereka justru sibuk merebut posisi yang pertama di antara mereka. Mereka sungguh tidak punya hati, tidak punya rasa empati, terhadap Yesus yang mau menderita. Mereka terlalu ingat diri tanpa ada bela rasa. Yang luar biasa adalah sikap bijaksana yang ditunjukkan oleh Yesus. Dia tidak marah, melainkan Dia memahami situasi para rasul-Nya. Dia mengumpulkan mereka, lalu menasihati mereka, tentang apa artinya seorang pemimpin. Bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang bermental sebagai seorang pelayan, seperti halnya seorang hamba, yang harus selalu siap untuk melayani. Dan sebaliknya, seorang pemimpin tidak boleh bermental seperti seorang bos, yang harus dilayani. Biasanya seorang yang bermental bos, yang selalu mau dilayani, maka seluruh dirinya menjadi pusat perhatian. Jika itu yang terjadi, maka bisa jadi dia tidak punya hati untuk orang lain, teristimewa untuk mereka yang menderita, mereka yang lemah, mereka yang miskin atau yang berkekurangan. Bagaimana dengan kita? Kita pun dinasehati oleh Yesus, tentang hal yang sama tentang pemimpin. Tidak hanya dalam arti pemimpin formal, tetapi dalam arti informal atau non formal, kita harus bermental sebagai seorang hamba, yang selalu siap untuk melayani sesama. Dengan melayani sesama, khususnya mereka yang menderita, mereka yang memiliki keterbatasan atau mereka yang berkekurangan, maka sesungguhnya kita memiliki hati untuk sesama. Jika itu yang terjadi, maka kelak kita akan memperoleh keselamatan hidup yang kekal. Dan sebaliknya, jika kita tidak punya hati untuk sesama, terlebih untuk mereka yang menderita, mereka yang membutuhkan uluran tangan kita, maka kita siap untuk dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, alias ke dalam neraka. Selamat berhari Minggu.