Menjadi Yang Terkecil

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

 

 

 

 

SEMANGAT PAGI, apakah anda dalam keadaan sehat? Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Sebab, dengan bersyukur kepada Tuhan, anda akan merasa bahagia. Dan anda akan merasa lebih bahagia lagi, jika anda berbuat baik kepada sesama, meskipun itu kecil. Pada hari ini, Gereja Katolik sejagat memperingati Santo Hironimus, Imam dan Pujangga Gereja.

Renungan hari ini, terinspirasi dari Injil Lukas 9: 46 – 50, yakni tentang siapa yang terbesar di antara para murid dan seorang yang bukan murid Yesus, mengusir setan. Menjadi orang nomor satu dalam hidup adalah kecenderungan setiap manusia. Setidaknya setiap orang ingin menjadi yang terkemuka, ingin menjadi yang terbaik, menjadi yang terbesar, menjadi yang terdepan, menjadi yang terkenal. Dan sebaliknya, tidak ada seorang pun yang memiliki hasrat untuk menjadi yang terkecil, terbelakang, terjelek, terburuk, termiskin, terbodoh.

Namun, dalam bacaan Injil hari ini Yesus justru bertolak belakang dengan apa yang menjadi kecenderungan kita manusia. Dia berkata kepada para murid-Nya, yang bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka, yakni: ” _yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar_”. Dan Yesus menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka.

Dia bersabda: ” _barangsiapa menerima anak ini demi nama-Ku, dia menerima Aku_”. Anak kecil, tidak saja dalam arti usia yang masih kecil, tetapi juga kecil dalam arti orang kecil, orang sederhana, orang pinggiran (kaum marginal). Sementara, kecenderungan orang besar, pemimpin formal, lebih suka menerima sesama orang besar, tamu-tamu kelas atas, orang penting, kaum borjuis. Tetapi kalau, itu adalah tamu orang kecil, pasti lama baru dilayani atau mungkin ditolak dengan berbagai alasan, sibuk, dan sebagainya. Oleh karena itu, Yesus mengingatkan dan menasihati kita, bahwa semakin tinggi posisi atau jabatan seseorang, harus semakin rendah hati, harus semakin merasa kecil.

Sebab, siapa yang rendah hati, siapa yang merasa kecil, di hadapan Tuhan dan sesama, dialah yang terbesar, dialah pemimpin yang hebat, pemimpin yang sejati. Dan Yesus menegaskan bahwa barangsiapa menerima anak kecil atau orang kecil dalam nama-Nya, dia menerima Yesus. Ingatlah, bahwa Yesus hadir dalam diri orang-orang kecil, orang-orang sederhana, orang-orang pinggiran (kaum marginal).

Bagaimana dengan kita? Semoga kita selalu merasa kecil dan rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Karena, jika demikian kita akan menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Mudah-mudahan.