♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, apa kabar Anda di hari ini? Saya berharap Anda dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani. Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Sebab dengan bersyukur hidup Anda akan selalu bahagia apa pun situasinya.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 19: 11 – 28, yakni perumpamaan tentang uang mina. Hal ini disampaikan oleh Yesus ketika Ia sudah dekat Yerusalem. Uang mina yang diberikan kepada 10 orang hamba masing-masing mendapat 1. Tetapi, cara untuk mengelolanya berbeda-beda. Ada yang menjalankan kepercayaan tuanya dengan penuh tanggung jawab, jujur. Hal ini ditunjukkan oleh hamba yang pertama dan yang kedua. Sedangkan hamba yang ketiga menunjukkan yang sebaliknya. Dia tidak bisa menjalankan kepercayaan yang tuannya berikan kepadanya. Bahkan dia menyalahkan tuannya. Maka, tuannya menyebut dia sebagai hamba yang jahat.
Bagaimana dengan kita? Kita pun telah diberikan uang mina berupa: talenta, kemampuan, keterampilan, bakat.Semua itu dianugerahkan Tuhan kepada kita, dengan harapan semua potensi itu kita kembangkan, kita kelola dengan penuh tanggungjawab, baik dan benar, serta penuh integritas. Ingatlah, bahwa suatu saat, Tuhan akan meminta pertanggungjawaban dari kita, tentang progress talenta, kemampuan, keterampilan dan bakat, yang Tuhan percayakan kepada kita masing-masing. Semoga kita seperti hamba yang pertama dan yang kedua, yang mampu menjalankan kepercayaan yang tuannya berikan kepadanya. Kepercayaan itu mereka wujudkan dengan mengembangkan atau mengelola uang mina dari 1 menjadi 5 dan 10 mina. Keberhasilan mereka justru mendapat tanggungjawab yang lebih besar lagi, tetapi pasti juga lebih banyak berkat. Kita juga harus belajar dari pengalaman dari hamba yang ketiga yang membungkus uang mina dari tuannya. Itu artinya hamba itu tidak mengembangkan atau mengelola uang mina itu, sehingga tetap 1 mina. Inilah gambaran hamba yang tidak mampu menjalankan kepercayaan yang tuannya berikan kepadanya. Pada akhirnya dia akan dibunuh. Nasib kita pun akan sama dengan hamba yang ketiga jika kita tidak bisa mengembangkan talenta, kemampuan, keterampilan dan bakat yang Tuhan anugerahkan kepada kita masing-masing. Ingatlah, kita harus terus mengembangkan diri kita agar lebih kompeten dan profesional dalam bidang tugas kita masing-masing. Hindari zona nyaman, teruslah berbenah diri, berubah dan akhirnya berbuah: bernas dan berkualitas yang baik untuk Tuhan dan sesama. Semoga demikian.