Ia Menangisinya

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

SEMANGAT PAGI, hidup ini singkat. Oleh karena itu, isilah dengan hal-hal yang baik dan positif, sehingga hidup Anda sehat dan bahagia. Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Sebab dengan bersyukur hidup Anda akan selalu menyenangkan. Pada hari ini Gereja Katolik sejagat memperingati Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 19: 41 – 44, yakni Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Dia dielu-elukan sebagai Raja, namun dalam sekejap pula Dia dihujat, dicemooh, ditampar, diludahi, dicambuk, bahkan sampai di salibkan. Padahal Yesus sangat mencintai mereka. Tetapi balasan yang diterimanya adalah Dia dibenci dan dikhianati. Yesus melihat akan terjadi hal seperti itu, maka Ia menangisinya. Ia menangis karena Ia sedih, kecewa dengan sikap orang-orang di Yerusalem, cepat berubah pikiran atau mudah berubah, tidak konsisten dan tidak memiliki komitmen yang kuat. Akibat dari itu, maka kota Yerusalem dan penduduknya akan hancur binasa. Bagaimana dengan kita? Diri kita dalam arti tertentu adalah Yerusalem tempat Allah bertahta atau Bait Allah. Yesus juga sangat mengasihi dan mencintai kita. Adakah kita juga mengasihi dan mencintai Yesus, melalui mentaati perintah dan ajaran-Nya, juga melalui mengasihi dan mencintai orang lain teristimewa kaum marginal dengan tulus? atau kita seperti orang-orang Yerusalem yang membenci-Nya, mengkhianati-Nya bahkan sampai ikut menyalibkan-Nya. Jika itu yang terjadi, maka Yesus akan menangisi kita juga, orang-orang yang tidak tahu berterima kasih kepada-Nya, yang telah menyelamatkan kita. Maka, mari janganlah membuat hati Yesus, sedih, kecewa, sampai Ia menangisi kita. Semoga Dia tidak. Mudah-mudahan.