♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, apa kabar Anda di hari ini? Saya berharap Anda dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani. Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Sebab dengan bersyukur hidup Anda bahagia.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 21: 1 – 4, yakni persembahan seorang janda miskin. Hal ini terjadi di Bait Allah, ketika orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Juga ada seorang janda miskin yang memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan. Peser adalah koin tembaga yang bentuknya tipis. Diantara mata uang yang berlaku saat itu, peser merupakan satuan mata uang yang nilainya paling kecil di kalangan orang Yahudi.
Namun, walau pun janda miskin itu hanya memasukkan dua peser, tetapi Yesus menilai janda miskin ini memberi lebih banyak dari orang-orang kaya. Mengapa? Karena janda miskin ini memberi dari kekurangannya bahkan seluruh nafkahnya.
Kisah ini mengajarkan kita tentang arti sejati dari persembahan yang tulus. Terkadang, kita cenderung mengukur nilai persembahan dari jumlah uang atau materi yang kita berikan. Namun, yang lebih penting bagi Tuhan adalah sikap hati kita dalam memberikan. Persembahan yang datang dari hati yang rendah dan penuh iman. Justru itu lebih berharga atau bernilai di mata Tuhan daripada jumlah besar yang diberikan tanpa keikhlasan.
Kita juga diajarkan tentang konsep memberi dari apa yang kita miliki, bukan dari apa yang kita tidak miliki. Janda ini memberikan semua yang dia miliki dan itu adalah ekspresi nyata dari kepercayaan dan ketergantungannya kepada Tuhan. Dia tidak tahu bagaimana dia akan mendapatkan makanan berikutnya, tetapi dia masih memiliki iman yang kuat bahwa Tuhan akan mengurusnya.
Persembahan janda miskin mengajarkan kita tentang kedermawanan sejati dan bagaimana memberikan dengan sukacita, bahkan dalam keterbatasan. Kita bisa belajar untuk lebih tulus dan rendah hati dalam memberi, dengan keyakinan bahwa Tuhan melihat hati kita dan menghargai setiap langkah kecil yang kita ambil dalam memberikan.
Dalam dunia yang sering mendorong kita untuk mengejar materi dan kesejahteraan pribadi, mari kita belajar dari teladan iman janda miskin ini. Mari kita memberikan persembahan dengan tulus, rendah hati, dan penuh iman, tahu bahwa Tuhan melihat dan menghargai setiap perbuatan baik yang kita lakukan. Dalam memberi, kita akan merasakan sukacita dan kedekatan dengan Tuhan yang tak ternilai.
Semoga Tuhan memberkati hati kita saat kita belajar untuk memberi dengan tulus dan mengikuti contoh janda miskin yang menginspirasi ini. Semoga demikian.