♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, apa kbr Anda di hari yang baru ini? saya berharap menjumpai Anda dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani. Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Sebab dengan bersyukur tanda Anda adalah orang yang beriman dan rendah hati.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Matius 8: 5 – 11, yakni Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum. Dahulu kota ini merupakan sebuah kota nelayan yang cukup ramai pada zaman Yesus. Yesus banyak berkarya di kota ini dan karenanya kota ini mendapat julukan sebagai kota Yesus (Town of Jesus). Saat Yesus masuk ke kota Kapernaum, seorang perwira datang mendapatkan Yesus dan mohon kepada-Nya: ” _Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita_”. Yesus tentunya melihat iman dan kerendahan hati perwira itu. Bisa dibayangkan dia seorang perwira, namun dia memiliki hati yang peduli terhadap hambanya yang menderita sakit.
Dewasa ini, seorang majikan atau bos atau tuan, pimpinan, sangat jarang yang peduli terhadap bawahan, apalagi dia seorang hamba yang sedang kesulitan atau yang sedang menderita. Namun, perwira ini sangat luar biasa. Dia tidak hanya memiliki hati yang peduli, empati, bela rasa, terhadap terhadap bawahan atau hambanya yang menderita, melainkan juga dia memiliki iman yang sungguh luar biasa, pun memiliki sikap kerendahan hati yang juga luar biasa.
Sikap peduli, empati, solider, juga iman dan kerendahan hatinya ditunjukkan lewat tindakannya dengan menjumpai dan memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sedang menderita lumpuh. Atas sikapnya yang demikian, Yesus pun tergerak hati-Nya dan berkata: ” _Aku akan datang menyembuhkannya_”. Namun, lagi-lagi perwira itu menunjukkan sikapnya yang patut ditiru, dengan berkata: ” _Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumah ku. Katakan saja Sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh_”.
Bagi seorang perwira, dia merasa tidak pantas untuk menerima Yesus yang adalah Allah yang menjelma menjadi Manusia di rumahnya. Tetapi perwira itu juga tahu dan sangat percaya bahwa Yesus sebagai Allah bisa melakukan apa saja, sekalipun hanya dengan sepatah kata saja. Oleh karena itu, Yesus merasa heran dan berkata para murid-Nya: ” _sesungguhnya Iman sebesar ini tidak pernah Kujumpai pada seorang pun di antara orang Israel_”.
Bagaimana dengan kita? Kita pun dapat belajar dari ketiga sikap yang ditunjukkan oleh perwira itu, yakni (1) sikap peduli, empati, solider dan bela rasa terhadap sesama teristimewa terhadap bawahan atau hamba yang menderita; (2)sikap sungguh beriman dan percaya kepada Yesus; (3) sikap kerendahan hati dengan tidak merasa pantas di hadapan Tuhan.
Semoga sikap yang ditunjukkan oleh perwira ini menjadi sikap kita di masa Adven ini dalam menantikan kedatangan Tuhan di hari Natal dan di akhir zaman atau parousia. Mudah-mudahan.