Membangun Rumah Di Atas Batu

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

SEMANGAT PAGI sahabat-sahabat Yesus. Apa kabar Anda di hari yang baru ini? Saya berharap menjumpai Anda dalam keadaan sehat. Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan, teristimewa atas anugerah kehidupan yang boleh kita alami hingga saat ini.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Matius 7: 21. 24 – 27, yakni tentang hal pengajaran yang sesat dan dua macam dasar. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menggugah kemuridan kita. Apakah kita sungguh-sungguh menjadi murid-Nya? Juga apakah sebagai murid-Nya kita sungguh-sungguh beriman dan percaya kepada-Nya? Untuk bisa menjawab kedua hal ini, maka kita harus masuk ke dalam hati untuk merefleksikan dan mengintrospeksi diri. Apakah kita selama ini sudah sungguh-sungguh menghayati sebagai murid Yesus dalam cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak di keluarga, di komunitas, di tempat kerja dan di masyarakat? Jangan sampai kita menyebut diri sebagai murid Yesus, tetapi cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak kita, tidak mencerminkan diri sebagai murid Yesus.

Yesus bersabda: ” _bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan! Tuhan akan masuk Kerajaan surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Melakukan kehendak Bapa, berarti mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya. Orang yang demikian sama dengan orang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu. Rumah yang dibangun di atas batu, tidak akan roboh ketika hujan badai. Rumah adalah simbol diri kita. Bahwa diri kita adalah sebuah bangunan rohani atau Bait Allah atau Bait Roh Kudus. Jika hidup dan diri kita dibangun di atas batu penjuru, yakni Yesus Kristus, maka apapun jenis badai yang menghantam kita, tidak akan goyah atau roboh atau hancur. Asalkan juga kita harus sungguh-sungguh beriman dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Batu Penjuru kita. Jika itu yang terjadi, maka kita layak disebut sebagai murid Yesus dan kelak akan masuk ke dalam Kerajaan surga. Dan sebaliknya, jika hidup dan diri kita tidak berlandaskan pada firman Tuhan dan tidak menjadikan Yesus Kristus bukan sebagai Batu Penjuru, maka kita sama dengan orang bodoh, yang membangun rumahnya di atas pasir. Ketika hujan badai menghantam rumah itu, pasti roboh dan pasti hancur binasa. Jika itu yang terjadi, maka kita bukanlah sungguh-sungguh sebagai murid Yesus. Sama seperti orang yang berseru: Tuhan! Tuhan, tetapi hati kita jauh dari-Nya. Jika demikian, maka kelak tidak mungkin kita akan masuk ke dalam Kerajaan surga. Mengapa? Karena kita tidak sungguh-sungguh menjadi murid-Nya dan tidak sungguh-sungguh beriman dan percaya kepada-Nya.Ingat, Iman dan percaya kepada Yesus harus diwujudkan lewat AKSI nyata, bukan hanya dalam NARASI. Semoga demikian.