Fiat Maria Menjadi Fiat Kita

Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

SEMANGAT PAGI sahabat-sahabat Yesus. Apa kabar Anda di hari yang baru ini? Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Sebab dengan bersyukur hidup Anda akan selalu bahagia apa pun keadaannya. Pada hari ini Gereja Katolik sejagat merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 1: 26 – 38, yakni pemberitahuan tentang kelahiran Yesus. Disampaikan oleh malaikat Tuhan kepada Maria yang saat itu bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud. Malaikat itu berkata kepadanya: ” sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi”. Kabar dari malaikat Tuhan itu tentunya membuat Maria terkejut dan bingung.

Bagaimana hal itu terjadi karena aku tidak bersuami? Jawab malaikat itu kepadanya: ” Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus Anak Allah”.

Lalu, untuk meyakinkan Maria, malaikat itu berkata kepadanya: ” sesungguhnya Elisabeth sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki di usianya yang sudah lanjut bahkan mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Akhir dari pergumulan dan pergulatan batin Maria adalah dia pasrah dan penuh penyerahan pada rencana dan kehendak Allah, melalui FIATnya, yakni: “ sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”.

Demikianlah Maria dipilih Allah untuk menjadi rekan kerja-Nya dalam sebuah proyek keselamatan umat manusia. Kita pun telah dipilih oleh Allah untuk menjadi rekan kerja-Nya untuk sebuah proyek keselamatan yang sama, melalui tugas, pekerjaan, dan profesi kita masing-masing. Oleh karena itu, kita harus maknai peran kita masing-masing sebagai upaya untuk keselamatan kita sendiri dan sesama yang kita layani. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah kita harus rendah hati dan bersahaja, serta terbuka hati pada rencana dan kehendak Allah. Untuk itu, jadikan fiat Maria menjadi fiat kita. Intinya, kita adalah hamba di hadapan Tuhan. Semoga demikian.