♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, para sahabat Yesus. Apa kabar para sahabat Yesus di hari ini? Saya berharap para sahabat dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani. Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan, sebagai tanda orang yang beriman dan rendah hati.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 3: 22 – 30, yakni Kesaksian Yohanes tentang Yesus. Sebelum Yesus tampil di muka umum, Yohanes memiliki peran penting dalam mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, Sang Almasih yang dinanti-nantikan. Yohanes tidak hanya mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan dengan menyerukan pertobatan, melainkan juga membaptis, termasuk membaptis Yesus di sungai Yordan. Oleh karena itu, banyak orang yang mengira bahwa Yohanes itu adalah Mesias atau Elia atau salah seorang nabi yang akan datang. Namun, Yohanes dengan tegas mengatakan bahwa dia bukan Mesias, bukan Elia atau juga salah seorang nabi yang akan datang, melainkan dia adalah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: ” _persiapkanlah jalan bagi Tuhan; luruskanlah jalan bagi-Nya_”. Jadi, walau banyak orang yang mengira dan menyanjung Yohanes, dia tetap tahu diri, tahu posisi, tahu tempat. Dengan sikap seperti itu, Yohanes telah menunjukkan suatu sikap kerendahan hati, dan kesahajaan. Yohanes tidak ingin mencari popularitas diri, meskipun ia memiliki ruang atau panggung untuk itu. Yohanes juga tidak mau dipengaruhi, ketika ia diprovokasi oleh para murid-nya. Dia tetap tegas dan komitmen pada prinsipnya bahwa dia bukanlah Mesias, melainkan hanyalah seorang yang berseru-seru di padang gurun. Bahkan Yohanes berkata: . ..” _membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak_”…(Yoh. 1: 27). Dengan sikap yang demikian, Yohanes tidak merasa kecil hati, minder, kurang percaya diri, melainkan dia tetap berbesar hati, tetap berani dan percaya diri, bahkan dia bersukacita, dan sukacitanya itu penuh, sembari berkata: ” _Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin Kecil_”. Bagaimana dengan kita? Semoga kita belajar dari pribadi Yohanes yang: rendah hati, bersahaja, tidak mau mencari muka, tidak mau mencari popularitas diri, tidak mau disanjung-sanjung, tahu diri, tahu posisi, tahu kemampuannya, dan tahu tempat, tidak berambisi, yang mau mengakui kehebatan atau keunggulan orang lain. Ingat, dewasa ini banyak orang yang “haus dan lapar”, akan kuasa, jabatan dan harta. Maka, mari sekali kali lagi kita belajar dari pribadi Yohanes” _Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil_”. Ungkapan ini harus juga menjadi ungkapan kita: ” _Yesus harus makin besar, tetapi kita harus makin kecil_”. Mudah-mudahan. Selamat berakhir pekan.