Yesus Pergi Ke Tempat Yang Sunyi Dan Berdoa Di Sana

Frater

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

SEMANGAT PAGI, para sahabat Yesus. Apa kabar para sahabat di hari ini? Saya berharap para sahabat dalam keadaan sehat dan bahagia. Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan sebagai tanda bahwa para sahabat adalah pribadi yang rendah hati dan beriman.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Markus 1: 29 – 39, yakni Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain serta Yesus mengajar di kota-kota lain. Tugas perutusan Yesus di dunia ini adalah untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah. Oleh karena itu, Yesus dari rumah ibadat ke rumah ibadat, dan dari kota ke kota atau dari desa ke desa, Ia mengajar sekaligus menyembuhkan orang-orang yang sakit dan menderita serta mengusir setan-setan atau roh jahat. Namun, sesibuk apapun Yesus dalam melakukan karya pelayanan-Nya, Ia tidak pernah mengabaikan atau melalaikan hidup doa-Nya.

Bagi Yesus hidup doa-Nya adalah energi Ilahi atau daya Ilahi yang membuat-Nya tidak pernah merasa lelah, letih, lesu, dalam melaksanakan karya pelayanan-Nya. Yang perlu digarisbawahi adalah Yesus selalu memulai dan mengakhiri karya pelayanan-Nya dengan doa. Sebagimana yang diwartakan dalam Injil hari ini: ” waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi, dan berdoa di sana”. Sikap dan cara hidup Yesus ini, merupakan sebuah kritikan bagi kita para murid-Nya yang tenggelam dalam kesibukan atau rutinitas, sampai melupakan Tuhan atau mengabaikan atau melalaikan hidup doa.

Banyak kali kita memiliki seribu satu macam alasan untuk melupakan Tuhan atau mengabaikan atau melalaikan hidup doa. Misalnya: alasan letih, lelah, lesu, karena beban tugas perutusan. Terkadang timbul rasionalisasi bahwa kerja yang keras, tulus adalah sebuah ibadah. Artinya kita menggantikan hidup doa dengan kerja keras. Nah, Yesus memberikan contoh kepada kita para murid-Nya, terlebih kaum religius bahwa hidup doa tidak bisa digantikan dengan kerja keras atau lainnya. Hidup doa, ibadat, kebaktian dan ekaristi harus di tempatkan yang pertama dalam hidup karya pelayanan kita. Hidup doa, ibadat, kebaktian dan ekaristi adalah sebuah energi Ilahi atau daya Ilahi yang memampukan kita untuk berkarya di sepanjang hari.

Sebab Roh Kudus menguasai dan merajai hati dan pikiran kita. Jika tidak, maka roh jahat akan menguasai dan merasuki hati dan pikiran kita, yang ditandai dengan mudah marah, emosional, kurang sabar, tidak mau berubah, kurang peduli terhadap sesama, selalu mencurigai, sensitif, mudah putus asa, mudah tersinggung, sulit menerima kritikan, dan lainnya. Maka, mari kita belajar dari Yesus, Sang Guru Sejati kita yang pagi-pagi benar, pergi ke tempat yang sunyi dan Ia berdoa di sana. Semoga menginspirasi kita. Mudah-mudahan.