♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, para saudaraku ytk. Saya berharap Anda dalam keadaan sehat dan bahagia. Pada hari ini Gereja Katolik sejagat memperingati Santa Agata, Perawan dan Martir.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Markus 6: 1 – 6, yakni Yesus ditolak di Nazaret. Nazaret adalah tempat asal Yesus. Di sinilah Dia menghabiskan masa kecil-Nya. Nazaret juga bukanlah tempat yang terkenal, melainkan sebuah kota kecil. Namun fakta bahwa Mesias berasal dari tempat yang sederhana ini yang menegaskan kerendahan hati dan kedekatan-Nya dengan rakyat biasa. Dalam Injil Yohanes 1:46, Natanael berkata, “mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”. Ini mencerminkan pandangan masyarakat pada waktu itu terhadap kota tersebut, yang tidak dianggap. Tetapi, kenyataannya Nazaret yang dalam bahasa Ibrani “Netser” yang berarti “tunas” atau “cabang.” Ini mengacu pada nubuat dalam Yesaya 11:1 yang mengatakan, “suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.”
Oleh karena itu, harusnya orang-orang Nazaret bangga bahwa Mesias Sang Juruselamat umat manusia justru muncul dari tempat yang sebelumnya tidak terkenal itu menjadi terkenal, berkat Yesus, Sang Mesias Juruselamat dunia. Awalnya memang mereka takjub, kagum, namun seketika mereka berubah pikiran. Dari pujian menjadi celaan, dari keheranan menjadi kegeraman, dari sayang menjadi benci, dari diterima menjadi ditolak, dari sangka baik menjadi sangka buruk.
Pertanyaannya adalah mengapa mereka berubah seperti itu? Mereka berubah seperti itu karena mereka tidak memiliki kerendahan hati untuk mengakui kehebatan atau keunggulan atau keistimewaan Yesus. Mereka terlalu sombong, karena itu mereka tidak mengakui dan percaya, kalau Yesus itu adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Bagaimana dengan kita? Adakah kita seperti orang-orang Nazaret yang tidak mau mengakui kehebatan atau keunggulan orang lain? Muara ketika kita tidak mengakui kehebatan atau keunggulan orang lain adalah adanya sikap penolakan, atau bisa juga dengan menjelek-jelekkan atau menyingkirkan atau “membunuh” karakternya atau mencari-cari kesalahan atau kelemahan atau keburukan atau kejelekannya.
Maka, mari jadilah pribadi yang rendah hati, yang mau mengakui kehebatan atau keunggulan orang lain. Semoga demikian