♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, para saudaraku ytk. Sudahkah para saudaraku mengucap syukur kepada Tuhan saat Anda bangun dari tidur malammu? Saya berharap juga Anda dalam keadaan sehat dan bahagia.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Markus 7:1 – 13, yakni perintah Allah dan adat istiadat Yahudi. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, adalah orang-orang yang sangat taat atau patuh atau berpegang teguh terhadap adat istiadat nenek moyang mereka. Antara lain hal mencuci atau membasuh tangan atau membersihkan dirinya sebelum makan. Atau juga hal mencuci cawan, kendi, dan perkakas tembaga. Tidaklah salah, kalau mereka mentaati atau mematuhi atau berpegang teguh pada adat istiadat nenek moyang atau tradisi atau warisan leluhur mereka. Namun, sayangnya mereka lebih mementingkan adat istiadat nenek moyang mereka dan mengabaikan perintah Allah yang merupakan perintah terpenting dalam hidup.
Perintah Allah itu terwujud dalam 10 hukum Taurat Musa. Itupun mereka tidak sungguh-sungguh menghayatinya. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat lebih mementingkan hal-hal yang sifatnya lahiriah atau yang tampak di luar saja, seperti hal membasuh atau mencuci tangan sebelum makan. Atau membersihkan diri setelah pulang dari pasar. Atau mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga, tetapi hanya bagian luarnya saja, sedangkan bagian dalamnya tidak diperhatikan.
Padahal yang paling penting bukan bagian luar, tetapi bagian dalam. Yang najis, bukan yang dari luar yang masuk ke dalam, melainkan yang najis itu yang dari dalam ke luar. Oleh karena itu, yang perlu di basuh atau dicuci atau dibersihkan adalah pikiran serta hati kita, dan bukan tangan kita. Bahwa dosa itu timbul dari pikiran dan hati kita sebagai pusat pertimbangan. Jadi, basuh tangan, atau membersihkan diri itu juga penting, namun yang tidak kalah pentingnya adalah membasuh atau mencuci atau membersihkan diri dari pikiran yang negatif, dari prasangka buruk, dari kecurigaan, dan juga dari hati yang degil, dari hati yang membatu dan keras. Sebab, hal-hal itulah yang menajiskan kita.
Oleh karena itu, mari kita mendandani atau mempercantik atau merias diri kita tidak hanya bagian luarnya, tetapi juga mendandani atau mempercantik atau merias pikiran dan hati kita, agar tidak dicap sebagai orang munafik oleh Tuhan. Semoga kita tidak menjadi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat modern masa kini. Mudah-mudahan.