♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, para saudaraku ytk.dalam Yesus. Apa kabar para saudaraku di hari yang baru ini? Saya berharap para saudaraku dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani.
Renungan hari ini, terinspirasi dari Injil Markus 7: 24 – 30, yakni perempuan Siro – Fenisia yang percaya. Ibu ini memiliki seorang anak perempuan yang kerasukan roh jahat. Yang menarik dan luar biasanya adalah bahwa walau perempuan ini seorang non Yahudi, yakni seorang Yunani berkebangsaan Siro – Fenisia, namun dia sangat beriman dan percaya kepada ke-Allah-an Yesus. Hal ini ditunjukkannya saat mendengar tentang Yesus, ibu itu datang dan tersungkur di depan kaki Yesus sambil mohon, agar Yesus mengusir roh jahat atau setan dari anaknya. Permohonan atau permintaannya tidak langsung dikabulkan oleh Yesus, melainkan iman dan kepercayaannya diuji oleh Yesus dengan sangat keras. Yesus berkata: ” tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Ingat, Yesus adalah Roti Hidup, pertama-tama untuk orang Yahudi atau Israel. Sedangkan Perempuan ini seorang Yunani berkebangsaan Siro – Fenisia adalah seorang non Yahudi. Oleh karena itu, makna kata anjing tidak dimaksudkan untuk merendahkan perempuan itu, melainkan sebutan untuk orang yang bukan Yahudi. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah walau perempuan itu disebut dengan anjing, dia tidak mundur, tidak tersinggung, tidak marah, tidak menyerah, tidak emosional, melainkan dengan tenang, dan dengan bijak dia menjawab Yesus: ” benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak”. Lalu, apa yang terjadi? Yesus berkata kepada ibu itu: ” karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu”. Ibu itu pulang ke rumahnya dan mendapati anaknya telah sembuh, sebab roh jahat yang merasuki anak perempuannya itu sudah keluar.
Bagaimana dengan kita? Kita adalah orang yang beriman dan percaya kepada Yesus sejak dari masih bayi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Roh Kudus yang telah kita terima, telah meninggalkan kita, dan kita dijajah oleh roh jahat, yang ditandai oleh kemunduran dalam hidup rohani, atau dalam bahasa rohani atau spiritualnya hidup kita mengalami desolasi. Jika kita menyadari hal ini, baiklah kita bertobat dengan belajar dari perempuan yang bukan orang Yahudi, atau bukan murid Yesus, namun dia beriman dan percaya kepada Yesus. Dia datang dan tersungkur, sambil mohon. Datang dan tersungkur adalah suatu tindakan sikap kerendahan hati, walau dia bukan murid Yesus. Bahkan dia diuji Iman dan kepercayaannya oleh Yesus. Sedangkan kita mengaku sebagai murid Yesus, tetapi kita enggan datang dan tersungkur di depan kaki Yesus, atau di depan tabernakel atau di depan sakramen Mahakudus untuk menyembah-Nya. Dengan demikian, roh jahat yang menguasai atau yang membelenggu diri dan hidup kita, diusir oleh Yesus, dan Roh Kudus kembali merajai dan menguasai diri dan hidup kita. Yesus sendiri pernah mengalami padang gurun kehidupan atau desolasi, bahkan Dia diuji oleh roh jahat. Namun, Yesus mampu mengalahkan atau menaklukkan pengaruh roh jahat. Kita pun terkadang mengalami desolasi, dan roh jahat selalu mempengaruhi diri kita dengan berbagai cobaan atau godaan. Maka, mari jangan biarkan roh jahat menguasai diri dan hidup kita dengan selalu datang dan tersungkurlah di hadapan kaki Yesus, sembari mohon agar Yesus membebaskan kita dari pengaruh roh jahat. Semoga demikian.