♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
SEMANGAT PAGI, para saudaraku. Apa kabar para saudaraku di hari yang baru ini? Saya berharap para saudaraku dalam keadaan sehat dan bahagia. Agar lebih bahagia lagi jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan, apa pun keadaan para saudaraku. Pada hari ini Gereja Katolik sejagat memperingati Santo Sirilus, Pertapa dan Metodius, Uskup.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Markus 7: 31 – 37, yakni Yesus menyembuhkan seorang tuli. Orang ini tidak hanya tuli, tetapi juga gagap atau bisu. Tidak disebutkan siapa nama orang tuli dan gagap atau bisu tersebut. Namun, walau orang itu tuli dan gagap atau bisu secara fisik atau jasmani atau lahiriah, tetapi secara spiritual atau rohaninya tidak. Sebab, telinga hati dan batin serta pikirannya terbuka, juga iman dan kepercayaan nya kepada Yesus hidup. Hal ini dibuktikan dengan dia datang menemui atau menjumpai Yesus, meski dibantu oleh orang lain. Tentunya Yesus melihat iman mereka, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Yang menarik adalah Yesus menyembuhkan orang tuli dan gagap atau bisu itu dengan cara yang unik. Artinya tidak seperti biasanya ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit. Dalam peristiwa penyembuhan ini, Yesus memisahkan orang tuli dan bisu itu dari orang banyak, sehingga mereka sendirian. Lalu, Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, kemudian meludah dan meraba lidah orang itu, sambil menengadah ke langit, Yesus menarik nafas dan berkata: ” efata”, (bahasa Aram) artinya terbukalah. Kata ini bermakna simbolis, yakni untuk menggambarkan pembuka hati dan pikiran seseorang terhadap ajaran dan kehadiran Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Kita secara fisik atau jasmani atau lahiriah tentunya tidak tuli dan gagap atau bisu. Tetapi barangkali kita tuli dan gagap atau bisu secara spiritual atau rohani. Akibatnya hati dan batin kita tidak dapat mendengarkan suara Tuhan. Juga hati dan batin serta pikiran kita tuli dan bisu untuk mendengarkan hal-hal yang baik dari sesama, berupa: saran, masukan, nasihat, teguran atau bahkan koreksi. Maka, mari kita mohon kepada Yesus untuk menyembuhkan kita dari tuli dan bisu spiritual atau rohani, karena kita lebih mementingkan diri kita sendiri daripada Tuhan dan sesama. Akhirnya, efata: semoga Tuhan Yesus membuka hati dan pikiran kita terhadap ajaran dan kehadiran-Nya. Mudah-mudahan.