Tuhan Peduli

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

SEMANGAT PAGI, para saudaraku ytk. Apa kabar para saudaraku di hari yang baru ini? Saya berharap para saudaraku dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani. Saya juga mengingatkan kepada para saudaraku, agar jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan, yang telah menganugerahkan kepada para saudaraku kesehatan dan kebahagiaan.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Markus 8: 1 – 10, yakni Yesus memberi makan empat ribu orang. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Yesus, untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan untuk disembuhkan dari berbagai sakit dan penyakit. Mereka rela tidak makan selama kurang lebih 3 hari. Oleh karena itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka. Yesus sangat peduli dan tahu bahwa mereka juga membutuhkan makanan jasmani, selain makanan rohani atau spiritual yang mereka terima dari pengajaran Yesus atau dari setiap firman yang mereka dengar dan terima dari mulut Allah melalui Yesus. Yesus ingin agar sikap kepeduliaan-Nya ditangkap oleh para rasul-Nya, sehingga mereka pun memiliki sikap peduli yang sama. Namun, apa yang diharapkan oleh Yesus berbeda dengan sikap para rasul-Nya. Pikiran mereka sangat manusiawi, karena itu mereka hanya berpikir tentang kekurangan. Mereka lupa bahwa mereka bersama Yesus yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, yang bisa mengubah dari kekurangan menjadi kelebihan. Atau dari yang tidak mungkin bagi manusia menjadi mungkin bagi Allah.

Hal ini menjadi nyata melalui penggandaan 7 roti yang bisa menyenyangkan empat ribu orang, bahkan ada 7 bakul potongan-potongan roti yang sisa. Namun, yang menarik adalah Yesus melibatkan para rasul-Nya dalam membagikan roti yang telah digandakan itu untuk dibagikan kepada empat ribu orang yang mengikuti Yesus. Hal ini memiliki makna: pertama: agar para rasul-Nya terbuka mata hati dan imannya, bahwa mereka ada bersama Allah, melalui diri Yesus. kedua : agar para rasul-Nya memiliki sikap hati dan iman yang tumbuh untuk lebih peduli kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan.

Lalu, bagaimana dengan kita? Sebagai murid Yesus, kita pun harus memiliki sikap hati yang sama seperti Yesus Sang Guru Sejati kita, yakni: pertama: kita harus selalu tergerak hati oleh belas kasihan kepada sesama. Atau dengan kata lain kita harus selalu punya hati untuk Tuhan dan sesama. Memang kita punya hati, tetapi terkadang kita tidak punya hati, ketika kita tidak punya rasa belas kasihan kepada sesama. Alias hati kita tumpul ketika kita tidak melayani sesama dengan tulus dan ikhlas. kedua: peduli terhadap kebutuhan sesama. Namun, tidak cukup hanya dengan peduli, melainkan diwujudkan dalam tindakan, dengan berbagi, memberi kepada mereka yang miskin atau berkekurangan, sekalipun keadaan kita berkecukupan atau mungkin berkekurangan. Berbagi atau memberi bukan soal jumlah atau kuantitas, melainkan soal kualitas hati yang tulus dan ikhlas. Oleh karena itu, jangan tunggu kita kaya baru berbagi atau memberi kepada sesama, melainkan kita bisa berbagi atau memberi dari kecukupan atau bahkan kekurangan kita, sebab Tuhan akan menggandakannya, sehingga tidak akan membuat kita miskin. ketiga: apa pun keadaan kita, jangan lupa untuk selalu bersyukur, sebab dengan selalu bersyukur kita akan pasti mendambakan berkat dari Tuhan.

Oleh karena itu, marilah dalam hidup kita ini hati kita selalu diasah agar peka, peduli terhadap sesama lewat, BERBAGI, BERSYUKUR DAN BERKAT. Semoga demikian. Selamat berakhir pekan.