Menemukan Sang Anak Sesudah Tiga Hari

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

DAMAI BESERTAMU, para saudaraku ytk. Saya berharap menjumpai para saudaraku dalam keadaan damai, sehat dan bahagia, selama menjalankan masa puasa dan pantang di masa prapaskah ini. Tetapi jangan lupa, bahwa massa puasa dan pantang bukan hanya soal tidak makan dan minum, melainkan juga harus bisa menjaga hati, perasaan dan pikiran agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa. Juga puasa dan pantang hanyalah sarana dan bukan tujuan. Tujuannya menjadi manusia baru yang layak untuk bersatu dengan Tuhan. Pada hari ini, Gereja Katolik sejagat merayakan Hari Raya Santo Yusuf, Suami Maria.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 2: 41 – 51, yakni Yesus pada umur 12 tahun dalam Bait Allah. Pertanyaannya adalah apa yang dilakukan oleh Yesus pada umur 12 tahun di Bait Allah? Yang dilakukan oleh Yesus adalah: Pertama: menghadiri hari raya paskah. Kedua: duduk di tengah-tengah para alim ulama (cendikiawan yang memiliki ilmu tentang agama), sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka. Bisa dibayangkan, seorang anak yang masih ingusan bisa bersoal jawab dengan para alim ulama. Namun, apa gerangan yang terjadi? Justru semua orang yang mendengar Dia, sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa Dia bukan manusia biasa, melainkan Allah yang telah menjelma menjadi manusia. Dan untuk menegaskan hal ini, Dia menjawab kepada Maria dan Yusuf, ketika ibu-Nya berkata kepada-Nya: Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapak-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau. Apa jawab Yesus? Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapak-Ku? Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. ibu-Nya tidak hanya menyimpan di dalam hatinya, melainkan dia merenungkan ucapan Yesus Putranya itu.

Kisah ini mengajarkan kepada kita beberapa hal penting: Pertama Ketaatan Yesus pada Kehendak Bapa: Meskipun masih muda, Yesus sudah menunjukkan kesadaran akan misi-Nya dan ketaatan pada kehendak Bapak-Nya. Ini menginspirasi kita untuk selalu mencari dan melakukan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Kedua: Pentingnya Firman Tuhan: Yesus berada di Bait Allah, tempat Firman Tuhan diajarkan. Ini mengingatkan kita untuk selalu merindukan dan mendalami Firman Tuhan sebagai sumber kebijaksanaan dan pedoman hidup. Ketiga: Kepercayaan dan Penyerahan: Maria dan Yusuf mungkin tidak sepenuhnya memahami ucapan Yesus, tetapi Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Ini mengajarkan kepada kita untuk mempercayai rencana Tuhan, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya memahaminya. Keempat: Menemukan Sang Anak sesudah tiga hari: Mengingatkan kita akan perkataan Yesus bahwa Ia akan diserahkan ke tangan manusia, lalu Ia dibunuh, tetapi Ia akan bangkit pada hari ketiga. Kelima: Yusuf dan Maria sangat sabar dan tenang. Selama tiga mereka dengan susah payah mencari Yesus. Mereka pasti letih lesu, apalagi perjalanan jauh. Lalu, tak disangka, Sang Putra menjawab: mengapa kamu mencari Aku? Bukannya terima kasih, melainkan justru jawaban yang bikin emosi. Tetapi, Yusuf dan Maria, sangat sabar dan tenang, mereka tidak sedikit pun emosional. Mereka hanya menyimpan perkataan itu di dalam hati mereka dan merenungkannya.

pertanyaan Refleksi Apakah kita juga memiliki kerinduan untuk berada di rumah Tuhan dan mencari kehendak-Nya dalam hidup kita? Apakah kita memiliki sikap sabar dan tenang terhadap mereka yang membuat kita marah, emosional dan tersinggung?

Mari kita meneladani Yesus, yang sejak usia remaja sudah menunjukkan ketaatan dan kecintaan pada Bapak-Nya. Juga kita belajar dari sikap sabar dan tenang yang ditunjukkan oleh Yusuf dan Maria orang tua Yesus, ketika sesama kita membuat kita marah, emosional dan tersinggung. Semoga demikian.