♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
DAMAI TUHAN BESERTAMU, para saudaraku ytk. Saya berharap menjumpai para saudaraku dalam keadaan damai, sehat dan bahagia selama masa prapaskah, sehingga dapat melaksanakan puasa dan pantang dengan baik, sembari menjaga hati, perasaan dan pikiran agar tidak terjerumus ke dalam dosa.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 16: 19 – 31, yakni orang kaya dan Lazarus yang miskin. Di akhir hidup keduanya, mengalami nasib yang berbeda-beda. Lazarus masuk surga, sedangkan orang kaya masuk neraka. Keduanya mewakili dua kelompok yang berbeda. Orang kaya mewakili kelompok orang kaya secara harta duniawi, tetapi miskin secara rohani, sehingga hatinya melekat pada hartanya, karena itu dia tidak peduli: dengan orang yang miskin, orang yang berkekurangan, orang yang kelaparan, tidak murah hati, dan hanya ingat diri, berfoya-foya dan bersenang-senang dengan kekayaan duniawinya. Sedangkan Lazarus mewakili kelompok orang miskin harta, tetapi kaya secara rohani. Oleh karena itu, nasib yang dialami di akhir hidup keduanya berbeda-beda? Pertama: Orang Kaya: dalam kehidupan, kita sering kali terpukau oleh kekayaan duniawi harta, jabatan, dan kesenangan materi. Namun, Firman Tuhan dalam Lukas 12:15 mengingatkan kita, “hati-hatilah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya.” Kekayaan duniawi memang bisa memberikan kenyamanan sementara, tetapi ia tidak pernah bisa menjamin kebahagiaan sejati atau keselamatan kekal.
Dan dalam kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin hari ini, menjadi cermin bagi kita. Bahwa orang kaya itu menikmati segala kemewahan selama hidupnya, tetapi ia lalai memperhatikan Lazarus yang miskin dan menderita di depan pintunya. Malahan anjing peliharaannya jauh lebih punya hati daripada orang kaya itu. Akibatnya, setelah kematian, kekayaannya tidak lagi berarti, dan ia mengalami penderitaan kekal. Penderitaan yang dialami oleh orang kaya itu, karena ia terlalu ingat diri dan menutup mata indrawi dan mata hatinya untuk Lazarus yang miskin atau untuk orang yang miskin lainnya, atau orang yang berkekurangan, orang yang kelaparan, atau orang kaya itu tidak murah hati, tidak peduli dengan orang² di sekitarnya. Atau hatinya melekat pada hartanya, sehingga ia menjadi buta hati. Andaikata orang kaya itu, dapat menggunakan harta kekayaannya dengan baik untuk dirinya, keluarganya dan juga untuk sesama yang miskin, berkekurangan dan mereka yang lapar alias dia murah hati, peduli dengan mereka, pastilah dia masuk surga. Kedua: Lazarus orang miskin:
sebaliknya, Lazarus, yang miskin dan menderita di dunia, justru mendapatkan penghiburan abadi di pangkuan Abraham. Mengapa? Bisa jadi Lazarus memang miskin secara materi, tetapi secara rohaninya kaya, yakni hatinya selalu terarah dan terbuka kepada Tuhan dan sesama, bukan kepada pada harta duniawi. Andaikata Lazarus secara materi miskin, dan secara rohani juga miskin, pastilah dia nasibnya sama dengan orang kaya tadi.
Oleh karena itu, bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk: Pertama Menyadari keterbatasan kekayaan duniawi. Harta duniawi bisa HILANG dalam sekejap, tetapi KASIH dan KEBAIKAN yang kita bagikan kepada sesama akan BERBUAH kekal. Kedua Menggunakan berkat untuk kemuliaan Tuhan. Kekayaan duniawi bukanlah TUJUAN akhir, melainkan SARANA untuk MEMBERKATI orang lain dan MEMBANGUN kerajaan Allah. Ketiga Mengarahkan hati pada yang kekal.* HIDUP ini SINGKAT, dan kita harus MEMPRIORITASKAN hubungan dengan Tuhan serta MEMPERSIAPKAN diri untuk KEHIDUPAN yang akan DATANG
Mari kita belajar untuk tidak terikat atau melekat pada kekayaan duniawi, tetapi menginvestasikan hidup kita dalam hal-hal yang bernilai kekal. Seperti yang dikatakan Yesus: Kumpulkan bagimu harta di surga, di mana ngengat dan karat tidak merusakkannya, dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Matius 6:20).
Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Matius 6:21)
Hidup kita bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita berikan bagi Tuhan dan sesama
Semoga demikian.