♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
DAMAI SEJAHTERA BAGIMU, para saudaraku ytk. Semoga saya menjumpai para saudaraku dalam keadaan damai, sehat dan bahagia selama menjalankan puasa dan pantang di masa prapaskah ini. Ingatlah, puasa dan pantang bukan hanya tentang makanan dan minuman, melainkan juga tentang menjaga hati, perasaan dan pikiran, agar tidak terjerumus ke dalam dosa.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 4: 24 – 30, yakni Yesus ditolak di Nazaret.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengalami penolakan di kampung halaman-Nya Nazaret, tempat di mana Ia dibesarkan. Orang-orang Nazaret tidak bisa menerima bahwa Yesus, yang mereka kenal sebagai anak Yusuf, sang tukang kayu, adalah Mesias yang diutus Allah. Prasangka dan stigma yang mereka miliki terhadap latar belakang Yesus membuat mereka MENUTUP hati terhadap KEBENARAN yang Ia sampaikan. Mereka bahkan mencoba MEMBUNUH-NYA karena tidak bisa menerima KENYATAAN bahwa seorang dari antara mereka bisa menjadi UTUSAN Allah.
Oleh karena itu, bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan *STIGMATISASI* pemberian label atau PRASANGKA negatif terhadap seseorang berdasarkan LATAR BELAKANG , STATUS, atau PENGALAMAN MASA LALU. STIGMATISASI sering kali MEMBUAT kita BUTA terhadap KEBAIKAN dan KEBENARAN yang mungkin datang dari orang yang kita anggap “BIASA” atau “TIDAK LAYAK.”
Dengan demikian, maka: _Pertama_: *Stigmatisasi Menghalangi Kasih Allah:* Itulah yang dialami oleh orang-orang Nazaret yang tidak bisa melihat karya Allah dalam diri Yesus, karena mereka terjebak dalam prasangka negatif atau buruk terhadap Yesus. Mereka menganggap Yesus hanyalah Anak tukang kayu, bukan seorang NABI atau MESIAS. Stigmatisasi membuat mereka MENOLAK BERKAT yang seharusnya bisa mereka TERIMA. _Kedua_ : *Belajar Melampaui Prasangka:* Yesus mengingatkan kita bahwa KASIH Allah tidak terbatas pada STATUS sosial, LATAR BELAKANG , atau REPUTASI. Sebagai pengikut-Nya, kita dipanggil untuk melampaui PRASANGKA dan STIGMA, serta melihat setiap orang sebagai CIPTAAN Allah yang BERHARGA.
*Refleksi dan introspeksi*
Apakah kita masih TERJEBAK dalam STIGMATISASI terhadap SESAMA? Apakah kita MENUTUP MATA HATI terhadap KUALITAS & KEBAIKAN SESAMA, hanya karena KELEMAHAN, meski DIA sudah BERTOBAT? Semoga kita BELAJAR dari Yesus untuk MELIHAT setiap ORANG dengan MATA KASIH, tanpa PRASANGKA negatif atau buruk, dan SIAP menerima atau mengakui KUALITAS dan KEBAIKAN dari SESAMA tanpa MELIHAT masa LALU atau latar belakang atau STATUS. Jangan memberikan STIGMATISASI kepada SESAMA, melainkan KENAKAN kacamata CINTA, dan jangan kacamata KUDA. Semoga demikian.