♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
DAMAI SEJAHTERA, bagi para saudaraku ytk. Saya berharap menjumpai para saudaraku dalam keadaan hati yang damai, sehat dan bahagia dalam menjalankan puasa dan pantang di masa prapaskah ini. Jangan lupa untuk juga menjaga hati, perasaan dan pikiran agar tidak terjerumus ke dalam dosa.
Renungan hari ini, terinspirasi dari Injil Matius 5: 17 – 19, yakni Yesus dan hukum Taurat.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajarkan dan menegaskan kepada para pendengar-Nya, termasuk kita bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Hal ini bukan berarti Hukum Taurat ditinggalkan, melainkan maknanya diperdalam melalui HUKUM KASIH. Hukum Taurat memberikan pedoman bagi umat untuk hidup benar, sementara HUKUM KASIH, yang diajarkan Yesus, menjadi INTI dari segala perintah MENGASIHI Allah dengan segenap HATI dan SESAMA seperti diri sendiri.
Melalui HUKUM KASIH, Yesus menunjukkan bahwa KETAATAN tidak hanya soal menjalankan ATURAN secara lahiriah, tetapi juga tentang TRANSFORMASI HATI. KASIH menjadi penggerak UTAMA untuk menaati hukum dengan tulus, sehingga KEHIDUPAN kita menjadi KESAKSIAN nyata akan kemuliaan Allah.
INGATLAH, bahwa kita dipanggil untuk hidup tidak hanya sebagai PELAKU hukum, tetapi juga sebagai PEMBAWA KASIH. Dengan demikian, HUKUM Taurat dan HUKUM kasih bukanlah dua hal yang berlawanan, melainkan satu kesatuan yang mengarahkan kita pada hubungan yang lebih dekat dengan Allah dan sesama. Akhirnya, Hukum Taurat tanpa KASIH hanya menghasilkan ketaatan yang kaku dan penuh beban. Tetapi HUKUM KASIH yang digenapi oleh Yesus mengubah ketaatan menjadi respons syukur atas anugerah Allah. Yesus mengajarkan bahwa yang terpenting bukanlah sekadar mematuhi aturan, tetapi mengasihi Allah dan sesama, dengan tulus. Semoga demikian.