Dari Atas Ke Bawah

Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

DAMAI TUHAN BESERTAMU, para saudaraku ytk. Agar damai Tuhan beserta para saudaraku, maka para saudaraku harus membuka hati kepada Tuhan. Dengan membuka hati, maka bukan hanya damai yang para saudaraku terima, melainkan juga kesehatan jasmani dan rohani serta kebahagiaan akan para saudaraku alami.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 8: 21 – 30, yakni Yesus bukan dari dunia ini. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus membuka
percakapan-Nya dengan orang-orang Yahudi. Yesus menegaskan identitas-Nya yang unik, yakni bahwa: Dia berasal dari “atas” (surga), dan bukan dari “bawah” (dunia ini). Pernyataan ini bukan sekadar tentang TEMPAT asal, tetapi tentang cara BERPIKIR, NILAI, dan MISI-NYA yang berbeda dengan LOGIKA dunia.

Dunia sering mengajarkan kita untuk mengandalkan KEKUATAN sendiri, mengejar KEHORMATAN, atau mempertahankan KEBENARAN diri. Namun, Yesus datang dengan cara SEBALIKNYA:
– Merendahkan diri (Filipi 2:6-8),
– Mengajarkan pengampunan,
– Mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan orang lain.

Ketika Yesus berkata, Apa yang Kulihat pada Bapak, itulah yang Kukatakan. Ucapan ini, Yesus mau mengajak kita untuk hidup dalam kebenaran Ilahi, bukan kebenaran versi manusia. Di saat banyak orang bingung mencari arah, Yesus menawarkan kepastian: Akulah Dia sumber hidup yang sejati. Oleh karena itu, syarat mutlaknya adalah percaya kepada-Nya agar kita tidak mati dalam dosa. Meskipun banyak orang yang meragukan, Yesus menunjukkan bahwa segala yang Ia katakan dan lakukan adalah berasal dari Bapak-Nya. Ketika nanti Dia ditinggikan di atas salib, kebenaran akan menjadi jelas bagi mereka yang tidak percaya. Maka, melalui pesan Injil hari kiranya kita semua disadarkan bahwa hanya melalui Dia kita dapat menemukan keselamatan dan kehidupan kekal? Yesus mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam hal-hal duniawi, melainkan mengarahkan HATI kita kepada hal-hal yang dari atas, yaitu KEHENDAK Allah.

Pertanyaan Refleksi:
1. Apakah cara pandang dan tindakan kita lebih dipengaruhi “dunia” atau prinsip Kerajaan Allah?
2. Bagaimana kita bisa meneladan Yesus yang tidak terikat nilai-nilai duniawi dalam pekerjaan, relasi, atau pengambilan keputusan?
3. Apakah kita telah sungguh percaya kepada Yesus yang diutus dari Bapak?

Akhirnya, ketika kita mengenal Yesus yang dari atas, dan bukan dari bawah, hidup kita tidak lagi dibentuk oleh dunia, melainkan oleh kasih dan kebenaran-Nya. Semoga demikian.