Kebaikan Dibalas Kejahatan

Frater

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

DAMAI SEJAHTERA, bagi para saudaraku ytk. Setiap manusia siapa pun dia, pasti ingin hidup damai, sehat dan bahagia. Semua itu berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, para saudaraku harus membuka hati kepada Tuhan.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 10: 31 – 42, yakni Yesus ditolak oleh orang Yahudi dan Yesus di seberang sungai Yordan. Dalam bacaan Injil hari ini, kita melihat sebuah ironi yang menyedihkan: Yesus, yang datang membawa KASIH, KEBAIKAN dan MUKJIZAT penyembuhan, justru hendak dilempari batu oleh orang-orang yang seharusnya bersyukur kepada-Nya. Mereka marah karena Yesus menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapak-Nya, sebuah kebenaran yang seharusnya membawa sukacita, tetapi malah memicu amarah. Ada beberapa poin penting yang perlu kita renungkan: Pertama: Kebaikan Yesus Dibalas Kejahatan atau keganasan. Yesus telah melakukan banyak kebaikan atau mukjizat barupa: menyembuhkan orang sakit dan menderita, mengusir setan, memberi makan orang yang lapar, membangkitkan orang mati, dan mengajarkan kebenaran. Namun, balasan yang Ia terima adalah tuduhan menghujat dan ancaman pembunuhan. Ini mengingatkan kita bahwa di dunia ini, kebaikan tidak selalu dihargai, atau diapresiasi. Bahkan, seringkali dibalas dengan kejahatan, kebencian, hujatan dan cacian: seperti yang dialami banyak nabi sebelum-Nya. Kedua: Tanggapan Yesus: Dia tetap tenang dan berpegang pada Kebenaran Daripada membalas dengan kemarahan, emosional, Yesus justru menanggapi dengan: argumentasi yang Bijak : Ia mengingatkan mereka tentang Kitab Suci, menunjukkan bahwa klaim-Nya bukan penghujatan, melainkan penggenapan firman Allah. Juga Mengarahkan pada Karya-Nya: Yesus tidak membela diri dengan emosi, tetapi mengajak mereka melihat bukti nyata: mukjizat-mukjizat yang hanya mungkin dilakukan oleh kuasa Allah. Ketiga: Hasil akhir: ada yang percaya, ada yang tetap menolak
Meski banyak yang menolak, beberapa orang justru percaya setelah melihat keteguhan dan kuasa Yesus. Ini menunjukkan bahwa kebenaran tetap bersinar, sekalipun di tengah penolakan.

Pesan untuk Kita:
1. Ketika kita diperlakukan tidak adil, bahkan setelah berbuat baik, jangan cepat marah atau putus asa. Seperti Yesus, kita bisa merespons dengan kebijaksanaan dan kesabaran.
2. Kebaikan kita bukan bergantung pada balasan manusia, tetapi pada panggilan Tuhan untuk mengasihi.
3. Allah bisa memakai penolakan untuk membuka pintu bagi orang lain yang siap menerima kebenaran.

Untuk direnungkan: “Hal yang baik yang Anda lakukan hari ini, mungkin saja akan dilupakan besok. Sekalipun begitu, berbuat baiklah terus apa pun yang terjadi”…kata bijak bunda Teresa dari Kalkuta.