♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
DAMAI SEJAHTERA bagi para saudaraku ytk. Saya berharap para saudaraku dalam keadaan damai, sehat dan bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Untuk itu, para saudaraku harus membuka hati dan pikiran kepada Tuhan.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 12: 1 – 11, yakni Yesus diurapi di Betania.
Nama *Betania secara harfiah berarti Rumah Kemiskinan atau Rumah Penderitaan. Betania adalah desa tempat Maria, Marta, dan Lazarus tinggal, di mana Yesus sering singgah dan merasa diterima. Ini menggambarkan rumah yang miskin secara materi, tetapi kaya kasih dan persekutuan. Hal ini kita saksikan melalui sikap yang ditunjukkan oleh Marta, Maria dan Lazarus kepada Yesus Sang Tamu Agung. Mereka memberikan diri mereka masing-masing dengan caranya tersendiri. Mulai dari Maria yang meminyaki kaki Yesus. Dia tidak sekadar memberi minyak narwastu yang mahal, tetapi ia memberikan dirinya sendiri secara total, melalui tindakan penuh kasih, dan kerendahan hati, serta penyembahan, yang diwujudkan dengan berjongkok di kaki Yesus, mengurapi-Nya, dan mengeringkan kaki-Nya dengan rambutnya, tanda penyerahan diri sepenuhnya. Sementara itu, Marta sibuk melayani, sedangkan Lazarus duduk dan bersekutu dengan Yesus.
Pesan Untuk Hidup Kita, yakni: Pertama: bukan harta, melainkan Hati yang diberikan. Yudas melihat nilai minyak, tetapi Yesus melihat nilai pengorbanan Maria. Tuhan tidak membutuhkan barang mahal dari kita; Ia menginginkan hati yang sepenuhnya milik-Nya.
Kedua: tindakan kecil dengan Cinta besar.
Maria mungkin tidak menyadari bahwa pengurapannya adalah nubuat tentang kematian Yesus. Tetapi Tuhan memakai ketulusan kita, sekecil apa pun, untuk rencana-Nya yang mulia.
Ketiga: keberanian untuk tampil berbeda
Di tengah orang-orang yang sibuk dengan urusan pantas-tidak pantas, Maria memilih menyembah dengan caranya sendiri. Ibadah sejati tidak selalu populer, tetapi selalu berkenan kepada Tuhan.
Pertanyaan Refleksi:
1. Apa yang sedang kita simpan untuk diri kita sendiri, padahal Tuhan layak menerimanya
2. Tindakan apa yang bisa kita lakukan hari ini sebagai bentuk penyerahan diri kepada-Nya?
3. Apakah kita telah memberikan diri kita dengan tulus kepada Tuhan? Ingatlah, pemberian diri yang tulus tidak diukur dari besar kecilnya materi, tetapi dari ketulusan hati dan makna yang terkandung di dalamnya. Mari kita belajar dari Maria, yang memberikan yang terbaik kepada Yesus sebagai ungkapan kasih dan iman.Persembahan terbaik bukanlah sesuatu yang kita miliki, melainkan diri kita sendiri yang seutuhnya. Amin🙏🙏
Kata bijak bunda Teresa dari Kalkuta:
” dalam hidup ini, barangkali kita tidak bisa melakukan hal-hal yang besar, tetapi kita bisa melakukan banyak hal kecil dengan Cinta yang besar”.