Membasuh Mulut

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

DAMAI SEJAHTERA, bagi para saudaraku ytk. Hati yang damai adalah kunci agar hidup sehat dan bahagia. Untuk itu, para saudaraku harus membuka hati dan pikiran kepada Tuhan, agar damai-Nya dianugerahkan kepada para saudaraku. Pada hari ini, kita memasuki tri hari suci . Tri Hari Suci adalah tiga hari penting dalam kalender liturgi Katolik yang memperingati peristiwa utama dalam kehidupan Yesus Kristus sebelum kebangkitan-Nya. Tri Hari Suci terdiri dari: Pertama Kamis Putih: memperingati Perjamuan Terakhir Yesus, bersama murid-murid-Nya. Pada hari ini, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai tanda kerendahan hati dan pelayanan. Ia juga menetapkan Sakramen Ekaristi sebagai peringatan akan pengorbanan-Nya. Kedua Jumat Agung: hari Yesus disalibkan dan wafat. Umat Kristiani mengenang penderitaan-Nya sebagai bentuk pengorbanan untuk keselamatan manusia. Ibadat pada hari ini biasanya mencakup penghormatan salib dan refleksi atas sengsara Kristus. KetigaSabtu Suci: hari perenungan atas kematian Yesus sebelum kebangkitan-Nya. Umat Kristiani menantikan dengan harapan kebangkitan-Nya yang membawa kehidupan baru. Sabtu Suci juga menjadi momen refleksi sebelum perayaan Paskah. Oleh karena itu,
tri hari suci merupakan puncak dari Pekan Suci dan menjadi kesempatan bagi umat Kristiani untuk merenungkan pengorbanan serta kasih Yesus yang membawa keselamatan bagi dunia.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 13: 1 – 15, yakni Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus melakukan tindakan yang tak terduga: sebagai Guru dan Tuhan, Ia berlutut membasuh kaki murid-murid-Nya. Ini adalah simbol kerendahan hati dan pelayanan tanpa syarat. Lalu, bagaimana dengan “membasuh mulut”? Secara harfiah, kita tidak menemukan Yesus membasuh mulut murid-murid-Nya. Namun, secara rohani, kita diajak untuk “membasuh mulut” kita dari: Pertama: Kata-kata kotor dan sia-sia (Efesus 4:29), menggantinya dengan perkataan yang membangun. Sebab, dalam hidup sehari-hari, terkadang kita membicarakan kejelekan, kelemahan, menggosip murahan orang lain, bahkan mungkin berusaha menjatuhkan atau “membunuh” karakternya. Kedua: Kesombongan seperti Petrus yang awalnya menolak dibasuh kakinya, tetapi ia belajar rendah hati. Ketiga: Dusta dan fitnah (Amsal 4:24), karena mulut yang dibasuh oleh kasih Kristus akan mengucapkan kebenaran. Jadi, jika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai simbol kesucian, bagaimana dengan mulut kita? Mulut adalah alat komunikasi yang dapat membawa BERKAT atau LUKA. Ingatlah, bahwa kata-kata yang kita ucapkan bisa membangun, menghidupkan, atau memberkati, tetapi juga bisa menghancurkan, mematikan atau juga mengutuki. Oleh karena itu, kita perlu “membasuh mulut” kita, dengan menjaga perkataan atau lisan kita, agar selalu mencerminkan kasih, kebenaran, dan kesucian.

Oleh karena itu, bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan:
1. Apakah perkataan kita sudah mencerminkan kasih Kristus?
2. Apakah kita sudah menggunakan mulut kita untuk memberkati, ataukah kita sering kali menyakiti atau mengutuki dengan kata-kata yang tidak bijak?
3. Apakah kita sudah “membasuh mulut”, yang berarti mengendalikan lidah (Yakobus 3:5-6) dan menggunakannya untuk memuliakan Tuhan serta menguatkan sesama?
Mari kita belajar dari Yesus, yang tidak hanya membasuh kaki murid-murid-Nya, tetapi juga mengajarkan kita untuk hidup dalam kesucian, termasuk dalam perkataan dan perbuatan.

Ucapanmu adalah cermin jiwamu. Jika kau tak ingin orang melihat isi hatimu, jagalah mulutmu.
(Confucius)

Sebelum bicara, saring kata-katamu dengan tiga saringan: Apakah ini benar? Apakah ini perlu? Apakah ini baik?
(Socrates) Selamat memasuki Tri Hari Suci.