Kekuatan Mengampuni

Frater

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

DAMAI TUHAN, besertamu para saudaraku ytk. Damai di hati adalah kunci hidup sehat dan bahagia. Untuk itu, para saudaraku harus membuka hati dan pikiran kepada Tuhan, agar damai-Nya dianugerahkan kepada para saudaraku. Pada hari Jumat Agung ini, kita diajak untuk mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 18: 1 – 19: 42, yakni Yesus ditangkap; Yesus di hadapan Hanas – Petrus menyangkal Yesus; Yesus di hadapan Pilatus; Yesus dihukum mati; Yesus disalibkan; Yesus mati; Lambung Yesus ditikam; Yesus dikuburkan. Dalam kisah sengsara Yesus ini, kita melihat betapa besar KEKUATAN PENGAMPUNAN yang ditunjukkan-Nya, bahkan di tengah penderitaan yang tidak seharusnya Ia tanggung. Oleh karena itu, sebagai murid-Nya kita harus BELAJAR teladan PENGAMPUNAN dari-Nya: Pertama Mengampuni Pengkhianat:
Yudas, murid yang dikasihi-Nya, mengkhianati Yesus dengan sebuah ciuman. Meski tahu HATI Yudas penuh TIPU daya, Yesus tidak menolak atau mengutuknya. Ia menerima PENGKHIANATAN itu dengan KESABARAN, menunjukkan bahwa PENGAMPUNAN dimulai dari hati yang RELA MELEPASKAN kepahitan. Kedua Tidak Membalas Dendam: Saat seorang penjaga menampar Yesus, Ia tidak membalas atau mengancam, melainkan bertanya, Jika kata-Ku salah, tunjukkan kesalahannya. Di sini kita BELAJAR bahwa PENGAMPUNAN sejati tidak mencari PEMBALASAN, tidak MENDENDAM, tetapi KEBENARAN dan REKONSILIASI. Ketiga Mendoakan Musuh di Salib: Walaupun Injil Yohanes tidak mencatat kata-kata Ampunilah mereka… secara eksplisit, seluruh peristiwa penyaliban mencerminkan PENGAMPUNAN Yesus. Ia menderita bagi orang-orang yang menyalibkan-Nya, termasuk kita, tanpa kebencian. Keempat Mengasihi sampai Akhir: Bahkan di saat-saat terakhir, Yesus MENGASIHI dan MEMPERHATIKAN ibu-Nya serta murid yang DIKASIHI. Ini menunjukkan bahwa PENGAMPUNAN bukanlah KELEMAHAN, melainkan KEKUATAN kasih yang MENGUBAH hidup. Dengan demikian, dalam kamus Yesus, Dia tidak ada kata membalas dendam atau membalas dengan kebencian, melainkan dengan KASIH yang MENYELAMATKAN. Jadi, bacaan Injil hari ini mengajarkan kepada kita bahwa MENGAMPUNI bukan berarti MELUPAKAN atau MENGABAIKAN kesalahan, tetapi memilih untuk tidak MEMBIARKAN luka dan kepahitan MENGUASAI hati kita.

Refleksi Untuk Kita
Kita sering kali sulit untuk memaafkan orang yang menyakiti atau melukai hati dan perasaan kita, apalagi jika pengkhianatan itu dalam. Namun, Yesus memberi contoh untuk kita:
1. Pengampunan bukan berarti membenarkan kesalahan, tetapi melepaskan beban dendam.
2. Pengampunan adalah proses, dimulai dengan keputusan hati, seperti Yesus yang memilih mengasihi hingga akhir.
3. Hanya dengan kasih Allah kita bisa mengampuni. Ketika kita ingat betapa besar pengampunan-Nya bagi kita, kita dimampukan untuk mengampuni orang lain.

Tetapi kamu harus saling mengampuni, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu. (Kolose 3:13)

Mari belajar dari Yesus, yang MENGUBAH salib simbol HUKUMAN menjadi TANDA KASIH dan PENGAMPUNAN. JUGA kita belajar dari Yesus, yang menunjukkan bahwa PENGAMPUNAN memiliki KEKUATAN untuk MEMBEBASKAN hati dan MEMBAWA damai. SELAMAT melaksanakan Retret Agung. O Crux, O Signum Salutis. Amin.