♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
DAMAI BAGI KAMU, para saudaraku ytk. Tiga kali Yesus mengucapkan: damai bagi kamu, yang ditujukan kepada para rasul-Nya. Biasanya kalau ucapan yang sama itu diucapkan lebih dari satu kali, berarti ucapan itu sangat penting. Yesus tahu benar suasana hati para rasul-Nya yang sedang gundah gulana, berdukacita, ketakutan karena kehilangan orang yang dicintai. Oleh karena itu, mereka butuh kedamaian di hati mereka. Ucapan damai bagi kamu, juga ditujukan kepada para saudaraku dan saya. Untuk itu, para saudaraku harus membuka hati dan pikiran kepada Tuhan, agar memperoleh damai yang merupakan kunci untuk hidup sehat dan bahagia.
Pada hari ini kita memasuki hari Minggu Paskah II atau biasa disebut juga Minggu Kerahiman Ilahi, yakni perayaan dalam Gereja Katolik yang dirayakan pada Minggu kedua setelah Paskah. Perayaan ini didasarkan pada devosi kepada Kerahiman Ilahi yang diungkapkan melalui pengalaman mistik Santa Faustina Kowalska. Dalam salah satu penampakan, Yesus meminta agar Minggu setelah Paskah dijadikan sebagai Pesta Kerahiman Ilahi, yang kemudian secara resmi ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2000. Makna dari Minggu Kerahiman Ilahi adalah untuk mengingatkan kita umat akan kasih dan belas kasih Allah yang tak terbatas. Perayaan ini juga mengajak kita umat untuk merenungkan pentingnya percaya kepada belas kasih Allah, terutama dalam menghadapi dosa dan penderitaan.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Yohanes 20: 19 – 31, yakni Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Dalam bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk merenungkan pengalaman para murid Yesus setelah kebangkitan-Nya. Ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka, Thomas, salah satu murid Yesus, tidak hadir. Ketika diberitahu bahwa Yesus telah bangkit, Thomas meragukan dan berkata bahwa ia hanya akan percaya jika ia melihat dan menyentuh bekas luka Yesus. Namun, ketika Yesus menampakkan diri lagi, Thomas akhirnya percaya tanpa perlu menyentuh bekas luka itu. Yesus kemudian berkata, Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.Pernyataan ini menjadi pesan penting bagi kita semua. Kita tidak hidup di zaman Yesus secara fisik, tetapi kita dipanggil untuk percaya kepada-Nya melalui iman. Iman bukanlah soal melihat dengan mata jasmani atau mata indrawi, tetapi percaya dengan mata hati. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi situasi yang membuat kita ragu akan kehadiran Tuhan. Namun, melalui firman-Nya, karya Roh Kudus, dan pengalaman hidup, kita diajak untuk tetap percaya bahwa Tuhan hadir dan bekerja dalam segala hal.
Pesan & Refleksi Untuk Kita:
Pertama Iman Melampaui Pengindraan: Seperti Thomas, kita sering menginginkan tanda nyata untuk memperkuat iman kita. Namun, Yesus mengajak kita untuk percaya meski dalam ketidaktampakan-Nya. Iman adalah keyakinan akan yang tak terlihat (Ibrani 11:1). Kedua Berbahagia dalam Percaya: Yesus menyebut berbahagia bagi yang percaya kepada-Nya, tanpa harus melihat-Nya. Kebahagiaan ini lahir dari relasi intim dengan Allah, yang tidak bergantung pada bukti fisik, tetapi pada firman dan penyertaan-Nya. Ketiga Tantangan Zaman Now: Di era yang serba instan dan rasional, iman sering diuji. Namun, justru di sinilah kasih karunia Allah bekerja, ketika kita memilih untuk percaya meski dunia menuntut bukti.
Maka, mari kita belajar dari Thomas rasul si peragu. Namun, keraguan adalah bagian dari perjalanan iman kita, tetapi jangan biarkan itu menghalangi kita untuk percaya. Sebaliknya, jadikanlah keraguan sebagai jalan untuk mencari dan menemukan Tuhan lebih dalam. Percayalah, meskipun kita tidak melihat secara langsung, Tuhan selalu hadir dan setia menyertai kita. Amin. Selamat hari Minggu Kerahiman Ilahi.