YAYASAN Penghargaan Indonesia, Jumat 22 April 2016 bertempat di Cambria Ballroom Favehotel Tohpati, Denpasar-Bali memberikan penganugerahan Tokoh wanita Indonesia inspirator tahun 2016, Kartini Award, kepada tiga tokoh inspirator wanita, salah satunya Ir. Supriah Handayani Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao.
Ir. Suprih Handayani, saat berbincang dengan EXPO NTT, Jumat 29 April 2016 mengatakan tidak perna menyangka akan mendapatkan penganugerahan, karena memang tidak membuat hal yang luar biasa, tetapi dalam melaksanakan tugas sebagai Pegawai Negeri selalu iklas, dan bertanggung jawab hal ini tidak terlepas dari dukungan suami dan melibatkan Tuhan dalam segala hal.
Sekilas menceridrakan puncak karirnya memimpin sudah 5 tahun lalu, awal karir sebagai kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumba Barat. Awalnya dilakukan tes kompetensi oleh BPS meliputi psikotes dan diikuti oleh puluhan Pegawai BPS. Sebagai pegawai Yunior, tes pertama kali jabatan esalon III, tes psikologi yang dilakukan UNDANA tidak nyangka dapat rangking I, karena lulus sehingga dipercayakan jabat kepala BPS di Sumba Barat. “Karena saya juara 1 sehingga di plotkan untuk mengisi jabatan tersebut,”. Cetusnya.
Awalnya tidak mau karena akan meninggalkan keluarga begitu jauh, karena tunjangan tidak setara dengan biaya Pergi Pulang Kupang-Sumba Barat untuk mengunjungi keluarganya, bahkan harus meninggalkan anak-anak. Tetapi Puji Tuhan Suami menyetujui dengan memberikan alasan anak-anak akan saya urus, karena saya dapat jaminan dari suami. Selain itu, ada pertimbangan saya punya pembantu yang setia dan juga seorang sopir yang setia untuk mengantar anak-anak. Sehingga suami sebagai kepala bidang di BPS Provinsi NTT dan dirinya sebagai kepala BPS di Sumba Barat anak-anak bisa dijaga.
Sekitar tahun 2012 saya sebagai kepala BPS di Sumba Barat, melaksanakan tugas pertama harus membenahi fisik kantor, karena tidak ada Gordin, setelah itu memperbaiki sumberdaya manusia, dan membangun manusia pertama harus dari rohaninya adalah takut akan Tuhan pasti suka berdoa, jadi apel pagi kita buka dengan doa, saya suruh berdoa mereka bilang doanya pakai teks.
jadi berdoa kepada Tuhan seperti itu tidak akan taruh dalam karakter, maka saya bilang doanya harus diganti dengan yang keluar dari perasaan kita sendiri, ditantang bahkan ada ketakutan, karena ini institusi negara harus doa seperti itu, saya laporkan pada atasan dijawab ya tapi harus buat hitam diatas putih karena ada kepala BPS Alor yang bermasalah karena mengandung SARA.
Dengan demikian saat kita berdoa mereka berdoa dengan hati, sehingga ada yang menangis, karena diawal pagi mendoakan beban rekan-rekan kerja. Sehingga dalam penilaian pusat di BPS Sumba Barat Sailow mentality kecil, jadi ego sektoral dibidangnya kecil, bahkan mereka saling gotong royong, sehingga dinilai atasan berberhasil di BPS Sumba Barat. Untuk Kabupaten Rote Ndao dalam proses sehingga diharapkan kedepan sama dengan di Sumba Barat.
Di wilayah Sumba Barat, secara topografi alam sulit, karena waktu itu saya kepala untuk tiga Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Barat. Tetapi saya jalani dan melihat kondisi keterbatasan warga di pedalaman Sumba. “saya bawah buku-buku, anak saya tidak pakai dibawah ke sumba ternyata rebutan, bahkan buku diminta ibu guru, untuk diajarkan lagi, sehingga jadi lebih efektif. Jadi saya tidak buat hal yang luar biasa, namun buat hal yang berarti bagi orang lain.
Diakhir perbincangan dengan EXPO NTT mengatakan wanita memiliki tugas yang kompleks, Tugas wanita kompleks ada yang jadi menteri kesehatan, menteri pertanian, namun semua tanpa didorong dari suami tidak akan berhasil, seperti saya saat ini, sebenarnya saya tidak bisa kalau suami saya pencemburu. Berkat Komitmen bersama suami sehingga karirnya terus menanjak, bahkan sudah dua kali dipercayakan setelah dari Sumba dipindahkan ke Rote Ndao, Februari 2015 silam. Dirinya tersus memberikan motivasi bagi staf dan para wanita para kaum wanita yang hendak menikah memilih pasangan yang sama-sama matang, sehingga saat menikah tidak mudah tergodah misalnya selingkuh dan mudah digodah. Oleh karena itu, semua harus matang dan saling komitmen, misalnya awal maunya istri berkarir saat menikah tidak mau tentunya akan menimbulkan masalah, sehingga terjadi broken home kata wanita dari empat anak ini. ♦ ido