Jari manis Wartawan Kompas Terpotong Ditebus Rp 18 juta

Kornelis Kewa Ama: Pelayanan RSU Siloam Kupang sangat buruk

JARI manis tangan kanan Wartawan Kompas Kornelis Kewa Ama terpotong pas diantara buku pertama dan kedua akibat sebuah kecelakaan kecil pada 10 April 2015. Kornelis Kewa Ama kepada EXPO NTT Kamis 10 September 2015 menguraikan, “Setelah kecelakaan, saya langsung rujuk ke RSU Siloam Kupang. Ya, dalam benak saya, RSU sekelas Siloam pasti bisa mengatasi jari saya yang terpotong. Dalam keadaan berdarah, Kornelis Kewa Ama segera ke RSU Siloam. Saya percaya tenaga medis di rumah sakit ini pasti ada ahlinya, termasuk ahli tulang. Dalam kenyataan tidak bisa disambung lagi.Dokter yang menangani jari saya mengaku belum terlambat dan katanya masih bisa disambung lagi.”
Dalam kenyataan, harapan Kornelis Kewa Ama tidak bisa terwujud.Jari manis tanganya tidak bisa tersambung. Yang Kornelis Kewa kesalkan yaitu sistem pelayanan ternyata diluar dugaannya. “Dalam bayangan saya, rumah sakit terkenal seperti Siloam seperti yang pernah dijanjikan majemen ketika akan masuk Kupang beberapa tahun lalu tidak sesui kenyataan. Pelayanan para medisnya berbelit-belit. Bahkan yang sangat saya kecewakan, yaitu setelah saya sengaja mendatangi meja dokter Budiman yang merawat saya. Baru duduk dan dia bilang, bagaimana keadaan, saya jawab ya sudah sedikit membaik. Saya sadar omong-omong begini kan hanya basa basi. Tetapi dalam kenyataan omong-omong yang hanya sekian detik harus membayar Rp 300.000,- Termasuk konsultasi lain, omong-omong ternyata semua dikalkulasi sebagai konsultasi sehingga total diluar Rp 18 juta biaya perawatan jari ini, Rp 750.000.- Saya kecewa sekali. Sementara saya juga saksikan dengan mata kepala sendiri, pasien BPJS tidak menjadi prioritas dalam pelayanan. Pasien BPJS menjadi urutan kesekian dan harus menanti sampai beberapa jam. Saya prihatin karena kehadiran RSU Siloam tidak membawa dampak bagi warga NTT yang sakit dan berobat di rumah sakit ini,” keluh Kornelis Kewa Ama.
Sangat disayangkan, berita yang sangat penting bagi warga NTT ini tidak tersiar melalui media cetak atau online. “Saya tidak menulis di koran saya,” jawab Kornelis Kewa Ama menjawab EXPO NTT.
Jari tangan terpotong akibat kecelakaan bukan kecelakaan berat. Sejak zaman nenek moyang, jari tangan terpotong atau organ tubuh lain, sangatla muda dirawat. Seorang pensiunan polisi, Yosef Rolle, warga Perumahan Lopo Indah Permai Kolhua Kupang tiga tahun lalu mengalami kecelakaan kecil sehingga ibu jari tangan kananya terpotong.
Yosef Rolle tidak panik seperti Kornelis Kewa Ama. Pengobatan pertama hanya dengan getah daun papaya dibalut dan konsumsi anti biotik dan sembuh.” Saya waktu itu langsung ke RSUD, hanya berobat beberapa saat dan biayanya tidak sampai Rp 300.000, bahkan mungkin sekitar Rp 200.000 barang kali saya lupa. Waktu itu saya kecelakaan sepeda motor. Bahkan pihak RSU menawarkan saya asuransi, tetapi saya bilang tidak usa. Saya hanya rawat jalan. Dan sederhana saja la,” kisah Yosef Rolle kepada EXPO NTT Jumat 11 September 2015 pagi.
Nasib Kornelis Kewa Ama beruntung dibantu Asuransi Jasa Raharja.” Biaya waktu itu Rp 10 juta ditanggung pihak asuransi karena kasus kecelakaan sisanya saya yang bayar sendiri,” kenang Kewa Ama. Bahkan cukup dengan betadin sebagai pengobatan awal, jari yang terpotong bisa sembuh total. Sebuah pelajaran tetapi juga keluhan kita bersama.

wjr