Mencari Nakhoda GMIT Ke Depan

Bupati Rote Ndao Leonar Haning Pose Bersama Kandidat Calon Ketua Sinode GMIT

♦ Pertarungan antara tiga M
Oleh Paul Bolla

SIDANG Sinode GMIT dari waktu ke waktu selalu berulang. Materi bahasan tentang program pelayanan kalah dengan pembicaraan tentang figur-figur yang akan memimpin GMIT empat tahun ke depan. Ada banyak posisi yang yang dipilih, tetapi figure ketua lebih dominan mengalahkan percakapan tentang posisi  wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, anggota majelis sinode non pendeta, personil, serta  badan pertimbangan dan pengawasan pelayanan sinode (BP3S).
Posisi ketua yang paling seksi  jadi bahan gosip. Konon ada tim-tim sukses bergerilia mensosialisasikan dan mempromosikan jagonya kepada para pemilik hak memilih.  Sistem pemilihan di Sinode GMIT tidak mengenal  calon dadakan, karena sudah jauh hari diseleksi Panitia Pemilihan melalui sejumlah tahapan. Para kandidat juga tidak menyiapkan visi dan misinya, karena Majelis Sinode (MS) hanyalah mandataris I Sidang Sinode yang jika terpilih akan ditugaskan melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Sinode.
Komposisi Majelis Sinode saat ini ada beberapa nama yang tidak bias dipilih lagi dalam posisi apapun, karena sudah dua kali menjadi MS. Di antaranya, Pdt. Robert St. Litelnoni, S.Th (ketua), Pendeta Welmintje Kameli-Maleng, MTh (wakil ketua) dan Welem Nunuhitu (bendahara). Tata Dasar GMIT membatasi maksimal dua periode sebangai MS. Masih boleh dipilih, Antara lain, Pdt.  Benjamin Naralulu, MTh (sekretaris), Pdt. Marselintje J. Ay – Touselak, S.Th (wakil sekretaris).
Calon ketua ada tiga nama, yakni, Pdt. Mesakh A.P. Dethan, Pdt. Benjamin Naralulu, dan Pdt.  Mery Y.L. Kolimon. Calon Wakil Ketua: Pdt. Agustina Litelnoni, Pdt. Hienrich Fanggidae, Pdt. Boy Takoy, Pdt. Jakobus Pulamau, Pdt. Gayus Polin. Calon Sekretaris:  Pdt. Bobby D. Nalle, S.Si, MA, Pdt. Okto Nenohai, S.Th, MM, Pdt. Enny Lulan, Pdt. Yusuf Nakmofa, MTh . Calon Wakil Sekretaris:  Pdt. Marselintje J. Ay – Touselak, S.Th, Pdt. Elisa Maplani,  Pdt. Jecki Adam, Pdt. Eka Moses, Pdt. Petrus Temeno, Pdt. Guten Selan, Pdt. Olive Kause. Calon Bendahara:  Cahyaning Rozali, Mariana Bire, dan Roby Abineno.
Siapa kandidat yang paling diinginkan menjadi Nakhoda GMIT untuk periode 2015-2019? Tiga kandidat memiliki peluang yang sama. Semuanya memiliki keunggulan yang sangat dibutuhkan GMIT.  Ada sebuah wadah yang menamai dirinya Aliansi Warga Jemaat Peduli GMIT, atau AWJPG, mencoba menghadirkan para kandidat dalam diskusi publik. Kegiatan ini dua kali dilaksanakan. Pdt. Mery Kolimon selalu hadir. Pdt. Mesakh Dethan hanya sekali hadir. Sedangkan Pdt. Benjamin Naralulu, berhalangan karena sibuk mempersiapkan dokumen persidangan.
Figur Pdt. Mery Kolimon banyakk diunggulkan. Dosen pada Fakultas Teologi UKAW ini memiliki keunggulan sebagai satu-satunya kandidat perempuan. Banyak pihak berharap sudah saatnya GMIT dipimpin oleh sosok perempuan. Ini sejalan dengan sosok Ketua PGI saat ini dijabat pendeta perempuan, dan Klasis Kota Kupang, juga baru saja memilih ketuanya pendeta perempuan. Doktor alumni Belanda ini juga aktif dan  banyak berkecimpung dalam aktivitas LSM.  Tokoh-tokoh LSM popular di Kota Kupang paling getol membentuk opini keunggulan kandidat beretnis Alor ini. Pencalonan Pdt. Mery adalah yang kedua kalinya. Pada  Sidang Sinode ke- 32, tahun 2011, pemilik pemikiran-pemikiran yang kritis, inovatif dan implementatif ini tidak terpilih.
Kandidat Pdt. Mesakh A.P. Dethan, tak banyak berbeda dari Pdt. Mery Kolimon. Doktor alumni Jerman ini oleh banyak kalangan juga disebut memiliki peluang  yang para pendukungnya tidak pernah muncul ke permukaan. Mantan wartawan Pos Kupang ini, juga memiliki keunggulan dari segi pemikiran-pemikiran yang konseptual dan teologis akan masa depan GMIT. Kedalaman dan kekayaan pemikiran dosen Fakultas Teologi UKAW ini berkat pengalamannya sebagai pendeta yang paling senior di antara kandidat lainnya. Konon ada timnya yang bekerja dalam sunyi. Peta dukungan yang tidak terdeteksi ini membuat pesaing sulit membuat prediksi.
Sedangkan Pdt. Benjamin Naralulu oleh banyak kalangan menyebutnya sebagai figur yang paling berpeluang terpilih. Posinya yang saat ini menjabat Sekretaris Sinode, sangat membantunya paling banyak bertatap muka dengan pemilik hak suara di klasis-klasis yang sering dikunjunginya. Magister Theologi ini, diperkirakan mendapat dukungan dari Majelis Sinode periode 2011-2015.  Penampilannya yang bersahaja, egaliter, familiar,  dan pekerja keras menjadi suatu keunggulannya.
Kasak-kusuk sejak SS GMIT ke- 33 dibuka pD 20 September lalu tak seorang pun berani memastikan kandidat terkuat. Inilah pertarungan yang layak disebut pertarungan antara “tiga M” sesuai nama panggilan mereka. Yakni,  Mess, Mery, dan Min.  Analisis berdasarkan etnis tidak bisa dijadikan jaminan, meski aspek primordialisme tidak diharapkan menjadi alasan memilih, tetapi memilih secara sadar dan obyektif figur yang akan membawa GMIT berkenan dihadapan Tuhan.
Sebagian besar ketua klasis, pendeta dan para presbiter yang hadir meyakini Tuhan tidak diam. Tuhan akan merestui seseorang yang Ia berkenan. Dan siapapun wajib mendukung apa yang akan dihasilkan, sebab nakhoda  kapal GMIT bukan kerja satu orang, tetapi kerja kolektif-kolegial. Juga menjadi tugas dan tanggung jawab semua wargaGMIT. Tak ada gading yang tak retak, dan keretakan yang ada bukan alasan untuk menghancurkan gading. Tak ada kandidat yang tak punya kelemahan, dan  kelemahan yang ada bukan alasan untuk menghancurkan persekutuan. Kelemahan harus menjadi pintu masuk saling melengkapi,  saling menguatkan membangun persekutuan semakin kokoh. Semua mendoakan agar Sidang Sinode GMIT ke – 33 di Rote berjalan lancar, aman dan sukses. (*)