Buntut Pernyataan Sarjana Tak Laku, Dosen dan Alumni Tantang Gubernur NTT

Varian Baru Delta di NTT
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat

Dia mengatakan, kalau semua sudah bekerja dan terserap, lantas kenapa ekonomi NTT tidak bergerak maju.

Hal itu, tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga yang melahirkan para sarjana, tapi juga tanggung jawab pemerintah dengan menyiapkan lapangan kerja sehingga bisa diuji kemampuan mereka.

“Menurut saya saat ini jauh lebih penting Pemda harus terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi, ketimbang saling menyalahkan. Yang ada di depan mata kita sekarang, adanya kebijakan merdeka belajar kampus. Merdeka untuk menyiapkan SDM yang andal,” ujar dia.

Baca juga: Kronologi Pekerja Jaringan Internet di Kupang Nyaris Tewas Tersengat Listrik

Dia juga menanyakan kesiapan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi di NTT untuk menerjunkan mahasiswa selama satu atau dua semester ke desa-desa untuk membantu menggerakkan sektor pertanian dan peternakan.

“Kalau poin ini belum kita lakukan, maka hemat saya janganlah kita saling menyakiti sebagai sama saudara di daerah tercinta ini dan kita belajar menyelesaikan tugas kita masing-masing,”kata dia.

Secara terpisah seorang alumni Fakultas Peternakan Undana Kupang, Yonathan Gah, menantang Gubernur NTT agar bisa lebih banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan dosen serta para alumni peternakan dalam membantu pembangunan.

“Bukan hanya pemerintah saja yang menginginkan alumni itu laku dalam arti bisa pelihara ternak sebanyak-banyaknya, lalu pujian akhirnya diberikan pada pemerintah itu hal yang keliru,” ujar dia singkat.

Sebelumnya diberitakan, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, menyebutkan, banyak sarjana-sarjana di wilayah itu yang tidak laku.

Hal itu disampaikan Viktor, saat menjadi pembicara dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Flores (Uniflor), yang digelar secara virtual, Kamis 2 September 2021.

Viktor mencontohkan, sarjana yang tidak laku misalnya sarjana peternakan. Sebab, tidak banyak bidang peternakan yang berkembang di NTT.

Kemudian, banyak sarjana pertanian. Namun, sektor tersebut juga dinilai tidak bergerak.

“Itu menunjukkan bahwa kualitas ilmu pengetahuan kita dengan kemampuan kita untuk mengaplikasikannya di lapangan itu tidak pernah sejalan, dan itulah penyebabnya hari ini Nusa Tenggara Timur masih terpuruk jauh,” ujar Viktor, dalam rilis resmi, Jumat 3 September 2021 pagi.