EXPONTT.COM – Cendana atau East Indian Sandalwood dikenal sebagai komoditi yang mahal sejak berabad-abad silam.
Di Indonesia tanaman yang di kenal sebagai The King of Plant Parfume ini tumbuh alami di kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT), serta di pulau Jawa dan Papua.
Tanaman yang bernama latin Santalum Album Linn digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, hingga sangkur keris (warangka).
Baca juga: Tidak Terima Dimaki, Pemuda di Rote Ndao Tega Bacok Kakak Kandung
Cendana denga kualitas baik bisa mempertahankan aroma wanginya selama berabad-abad.
Di Sri Lanka, Cendana digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9.
Di NTT Cendana bisa ditemukan hampir diseluruh wilayah provinsi kepualuan tersebut, seperti di Pulau Timor, Flores, Sumba, Solor, Adonara, Lomblen, Pantar, Timor, Rote, dan Sabu.
Selain itu, Cendana juga dapat ditemukan di Papua dan di beberapa daerah pulau Jawa.
Baca juga: 4 Warga di TTS Tersambar Petir Saat Berada Dalam Rumah, 1 Orang Tewas, 3 Orang Dirawat
Dua Macam Cendana
Cendana diketahui memiliki dua macam, yakni Cendana Merah dan Cendana Putih.
Dari segi kualitas, keduanya berbeda. Cendana Merah relatif kurang harum dan kualitasnya kurang bagus sehingga tidak terlalu laris.
Tak mengherankan, Cendana dari Indonesia telah menjadi buruan dunia sejak dulu kala dan menjadi salah satu alasan mengapa Pulau Timor saat ini terbagi menjadi dua, yakni Timor Barat dan Timor Timur (sekarang Timor Leste) sejak zaman penjajahan Belanda dan Portugis.
Baca juga: Tekan Pungli dan Kekerasan, Polri Wajibkan Anggota Pasang Kamera Tubuh
Pengaruh Terhadap Ekonomi
Berdasarkan data dari Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH) pada periode 1986-1992, pengapalan kayu cendana dari Nusa Tenggara Timur mencapai Rp2,5 miliar per tahun atau berkontribusi 40% terhadap pendapatan provinsi tersebut.
Namun, pada periode 1991-1998 ekspor Cendana dari NTT mengalami penurunan dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga menyusut menjadi hanya 12 persen-37 persen. Penurunan ekspor berlanjut hingga pada 1997 tidak ada ekspor lagi dari daerah NTT.
Belakangan ekspor cendana dilakukan dari Kabupaten Merauke
Baca juga: Dituding Intimidasi Emanuel Rede, Kejari Ende Akan Tuntut Ketua TPDI NTT
Ekspor perdana kayu cendana Merauke dilakukan pada 2007 sebanyak 90 ton dengan tujuan pasar Taiwan.
Saat itu, pemerintah memberikan kuota ekspor dari daerah ini sebanyak 1.500 ton per tahun.
Namun lagi-lagi, karena eksploitasi berlebih, kebakaran hutan, keterbatasan penanaman, masalah sosial ekonomi, dan kepemilikan cendana telah menyebabkan populasi tanaman cendana terus mengalami penurunan.
Kembalikan Kejayaan Cendana NTT (halaman berikutnya)