8 Pernyataan & Kebijakan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang Tuai Pro Kontra Dalam Tiga Tahun

Gubernur NTT Viktor Laiskodat
Gubernur NTT Viktor Laiskodat

EXPONTT.COM – Perseteruan Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Umbu Maramba Hawu yang sempat terjadi 27 November 2021 kini berakhir dengan perdamaian. Puncak perdamaian dua tokoh yang sempat berkonflik di Nusa Tenggara Timur ditandai dengan ciuman hidung, salah satu tradisi yang masih dipegang dalam budaya Sumba.

Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Umbu Maramba Hawu menandai perdamaian mereka dengan ciuman hidung dan pelukan dalam acara perdamaian yang berlangsung di Kampung Adat Lambanapu, Kabupaten Sumba Timur, Sabtu 12 Februari 2022 siang.

Sejak terpilih menjadi Gubernur NTT, Viktor Laiskodat terus melakukan terobosan dan kebijakan baru. Kebijakan dan terobosan yang dilakukan pun tentu menuai pro dan kontra di masyarakat.

Begitu pun dengan beberapa pernyataan Viktor Laiskodat yang ia sampaikan dalam beberapa kesempatan. Viktor Laiskodat pun beberapa kali mengeluarkan pernyataan kontroversinya. Apa saja?

Berikut ini pernyataan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat di kutip dari pos-kupang.com.

1. Rompi orange untuk ASN yang tidak disiplin

Pada apel pertama di tahun 2019, Senin 7 Januari 2019 bersama para ASN di halaman Kantor Gubernur NTT, Viktor menyatakan pemakaian rompi untuk ASN bukan untuk mencari kesalahan orang lain.

“Karena dengan cita-cita kita membangun dan terutama membawa angka kemiskinan sampai 12 persen, bahkan? 8 persen dari 21 persen, maka tidak ada pilihan lain untuk kita, tapi harus kerja disiplin, kerja tuntas dan kerja out of The box,” katanya.

Dikatakan, jangan sampai dengan cara kerja ASN yang datang apel pagi, kemudian pulang makan dan langsung tidur.

“Ini kita harapkan agar semua bekerja dan punya kemampuan bergerak dengan baik.NTT punya mimpi NTT bangkit menuju sejahtera, dan itu bukan slogan,”katanya.

Terkait para pimpinan OPD atau kepala dinas, ia mengatakan, apabila ada kepala dinas tidak masuk dan jarang masuk kantor tidak dan laporan, maka tolong diinformasikan ke gubernur.

“Jadi kalau kepala dinas tidak masuk dan? tidak ada laporan, maka tolong SMS gubernur. Biar ini kita lakukan agar ada check and ballance. Gubernur juga kalau tidak masuk, ? lapor kemana,jangan sampai ada cek lapangan,” ucapnya.

2. Legalkan miras

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat angkat bicara soal rencananya melegalkan minuman keras (miras) lokal. Viktor pun meluruskan opini masyarakat yang mengatakan seolah-olah dirinya ingin melegalkan miras. Menurut Viktor, yang ia atur adalah tata niaganya untuk memenuhi standar aturan yang berlaku.

Pengaturan tata niaga miras lokal ini nantinya bisa bermanfaat bagi perekonomian masyarakat tanpa melanggar ketentuan yang berlaku. Mulai dari standar alkohol, tempat penjualan hingga usia pengguna alkohol itu sendiri.

“Tata niaganya yang kita atur. Mulai dari tata caranya, produksinya, standar alkohol, tempat penjualan hingga usia pengguna. Kita ingin miras lokal asal NTT juga mempunyai tempat. Ini produk kita seperti di Manado. Bahkan kita kalah satu langkah dari Manado. Padahal kita yang lebih dahulu wacanakan ini,” ungkap Viktor, Rabu 16 Januari 2019.

Menurut Viktor, miras lokal yang dilegalkan maksimum memiliki kadar alkohol 40 persen. “Miras lokal yang dilegalkan maksimum memiliki kadar alkohol 40 persen, hanya dijual d hotel-hotel bintang lima. Tidak dijual di pinggir jalan. Pengguna harus berusia di atas 21 tahun. Kalau usia di bawah itu, tangkap,” tegas Viktor.

Viktor juga mengungkapkan, miras lokal bisa digunakan untuk perjamuan di gereja sekaligus meningkatkan ekonomi umat. “Kalau untuk perjamuan, kadar alkoholnya cukup 5 persen. Akan memberikan dampak luar biasa bagi ekonomi umat,” tambah Viktor.

3. Hukum pemuda yang buang sampah sembarangan

Gubernur NTT, Viktor Laiskodat sempat menghukum seorang pemuda yang kedapatan membuang sampah berupa puntung atau sisa rokok di sekitar Gua Monyet, Tenau Kupang, Sabtu 19 Januari 2019.

Aksi buang puntung rokok oleh seorang paruh baya ini dilkukan ketika Gubernur NTT? dan Wagub, Josef Nae Soi serta pimpinan perangkat daerah lainnya bersama Walikota Kupang,Jefri Riwu Kore memungut sampah di kompleks Gua Monyet. Saat itu, pemuda yang diketahui sebagai salah satu pengemudi atau sopir itu spontan membuang sisa rokok.

Gubernur NTT, Viktor Laiskodat yang melihat hal itu, langsung menemui orang itu dan menanyakan serta meminta agar jangan sembarangan membuang sampah. Gubernur kemudian meminta orang itu squat jump (baca skot jam).

4. Sebut Pemerintah TTS ‘Namkak’

Hal ini disampaikan Viktor saat melakukan tatap muka bersama tenaga medis lingkup Pemkab TTS di aula mutis, Kantor Bupati TTS, Minggu 27 Januari 2019 sore.

Moment pertemuan dengan orang nomor satu di NTT tersebut dimanfaatkan para tenaga medis, mulai dari dokter, perawat, bidan, kepala puskesmas hingga tenaga analisis untuk menceritakan kendala di lapangan yang selama ini dihadapi dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Mulai dari minimnya alat kesehatan, tenaga dokter yang masih kurang, kesejahteraan dokter yang kurang diperhatikan, kekurangan obat di puskesmas, kesulitan merujukan pasien karena administrasi data kependudukan, hingga gedung puskesmas yang tidak layak menjadi hal yang dikeluhkan para tenaga kesehatan.

Kepala Puskesmas (Kapus) Bati, Solinda Kolimon mengeluhkan minimnya alat kesehatan dan tenaga kesehatan di puskesmasnya. Bahkan, hingga saat ini belum ada tenaga dokter umum di puskesmas tersebut.

Tidak hanya itu, satu-satunya ambulans yang dimiliki oleh puskesmas Bati merupakan ambulans bekas dari puskesmas Kuanfatu. Menanggapi keluhan para tenaga medis Gubernur NTT, Viktor Laiskodat meminta para tenaga medis untuk bersabar.

Viktor berjanji akan menyelesaikan persoalan tersebut paling lambat dua tahun kedepan. Dirinya meminta bupati dan wakil bupati TTS terpilih dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS untuk segera membuat disain terkait pembangunan kesehatan di Kabupaten TTS. Mulai dari tenaga kesehatan, fasilitas, pelayanan hingga anggaran yang dibutuhkan untuk menata pelayanan kesehatan di Kabupaten TTS.

“Ibu Kadis Kesehatan segera buat disain pembangunan kesehatan kabupaten TTS akan seperti apa kedepan dan kapan idealnya bisa terwujud. Mau jadi seperti pelayanan kesehatan yang ideal di TTS ini. Hitung juga anggarannya. Nanti kita cari sumber pembiayaanya,” ungkap Viktor.

Kabupaten TTS lanjut Viktor merupakan salah satu kabupaten yang paling terbelakang di Propinsi NTT.

Oleh sebab itu, dirinya berjanji akan sering-sering mengunjungi Kabupaten TTS.

Bahkan dirinya mengancam akan mengambil alih pimpinan di Kabupaten TTS jika bupati dan wakil bupati TTS tidak becus dalam membangun daerah tersebut.

Tidak hanya itu, Viktor bahkan menyebut Ketua DPRD TTS, yang merupakan kader partai Nasdem, Jean Neonufa terlalu ngantuk. “Pak Sekda tidak selesaikan masalah KTP maka saya berhentikan. Berapa kali saya telepon Ketua DPRD TTS, hanya Ketua DPRD tukang ngantuk. Sayangnya pemimpin di TTS ini, Ketua DPR dan Bupati sama nganga (Namkak) dan tololnya,” lanjut Viktor.

Masalah KTP masih juga menjadi keluhan dari para tenaga medis dalam memproses pasien rujukan?

“Saya kasih waktu 2 bulan untuk selesaikan masalah KTP. Mana urus manusia 200 ribu saya tidak becus. Kalau dua bulan tidak selesai bupati, wakil bupati, sekda dan kepala dinas saya pecat. Apa yang menjadi masalahnya segera koordinasi dengan propinsi biar kita selesaikan,” tegas Viktor.

5. Wajib berbahasa Inggris setiap hari Rabu

Masyarakat Nusa Tenggara Timur atau NTT mulai hari ini, Rabu 30 Januari 2019 wajib menggunakan Bahasa Inggris. Gubernur NTT Viktor Laiskodat mengeluarkan Peraturan Gubernur NTT Nomor 56 Tahun 2018 tentang Hari Berbahasa Inggris atau English Day.

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu mengatakan, seluruh masyarakat NTT wajib menggunakan bahasa Inggris. English Day nantinya diadakan setiap hari Rabu.

“Sesuai arahan Bapak Gubernur, hari ini kita umumkan bahwa mulai besok hari Rabu seluruh masyarakat NTT menggunakan bahasa Inggris atau English Day dan ini sudah punya dasar hukum,”ungkap Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu dalam jumpa pers bersama sejumlah wartawan di Kupang, Selasa 29 Januari 2019. Pasca ditetapkan Hari Rabu sebagai Hari Berbahasa Inggris, banyak masyarakat NTT yang terlihat mulai menggunakan Bahasa Inggris.

6. Ancam tutup Lippo Plaza Kupang

Dalam sidak yang dilakukan oleh Gubernur Viktor Laiskodat bersama dengan jajarannya serta beberapa elemen peduli sampah pada Kamis 21 Februari 2022 sore, Viktor Laiskodat mendapati sampah dari Lippo Mall ternyata dibuang di tanah kosong milik Pemprov NTT yang berada di sisi barat mall.
Tidak hanya sampah, di areal tersebut juga dibuang limbah cair hasil pembuangan mall melalui pipa.

Berangkat dari Kantor yang berada di jalan WR Monginsidi III, Gubernur bersama rombongan menuju areal tanah kosong milik Pemprov NTT yang berada di belakang Lippo Mall.

Di tempat itu, Gubernur Viktor menemukan beberapa titik lokasi yang dijadikan tempat sampah oleh Lippo Mall. Ada aneka sampah yang dibuang di tempat itu.

Bahkan tidak hanya itu, terdapat juga kubangan limbah cair yang baunya menusuk hidung. Limbah tersebut dibuang menggunakan pipa paralon dari tempat olah limbah milik Lippo.

Viktor yang geram melihat kondisi itu kemudian memerintahkan stafnya untuk memanggil manajemen Lippo Mall. Setelah lima menit, manejer operasional Lippo Mall datang memenuhi panggilan Gubernur saat sidak itu. Gubernur lalu memerintahkan ia untuk memungut semua sampah di tempat itu. Ia kemudian berkoordinasi dengan stafnya langsung membersihkan sampah di lokasi itu tanpa babibu.

Berselang beberapa saat, Duty Manager Lippo Mall Kupang, Ade Irawan datang menghadap Gubernur. Kepada manajer itu, Gubernur meluapkan kekesalan.

“Gubernur saja pungut sampah tetapi kenapa Mall sebesar ini masih buang sampah sembarangan,” semprot Gubernur.

Gubernur mengancam akan menutup mall tersebut jika tidak ditangani segera persoalan sampah dan limbah yang mencemari lingkungan. Pasalnya, limbah cair yang berasal dari pembuangan Lippo Mall itu dapat mencemari ketersediaan air tanah dan lingkungan di sekitar lokasi itu.

Gubernur, pada saat yang sama juga telah meminta stafnya untuk mengecek kembali dokumen amdal milik Lippo Mall tersebut. Demikian pula, menugaskan kepada stafnya untuk berkoordinasi dengan Universitas Nusa Cendana untuk meneliti kandungan limbah cair yang dibuang pihak Lippo Mall di tanah milik Pemprov NTT.

Duty Manager Lippo Mall Ady Irawan enggan memberi memberi komentar terkait hal tersebut.

7. Rencana perda Perempuan NTT harus bisa menenun

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat berencana akan membuat peraturan daerah (Perda) tentang Perempuan NTT menenun.

Peraturan daerah ini dimaksudkan untuk mengatur perempuan perempuan di NTT agar memiliki kemampuan dasar dan keutamaan dalam menenun kain tenun tradisional.

Hal ini diungkapkan Gubernur Viktor Laiskodat pada warga dan penenun di spot tiga stand Rumah Tenun Ikat Ina Ndao di arena Festival Sarung dan Musik NTT yang terletak di depan Gereja Anugerah Jalan El Tari pada Sabtu 2 Maret 2019 pagi.

Saat mengunjungi stand yang menampilkan para perempuan sedang melakukan aktivitas menenun itu, Viktor Laiskodat menegaskan akan mengeluarkan peraturan yang mengikat perempuan NTT untuk memiliki kemampuan dasar menenun.

“Saya akan keluarkan Perda perempuan NTT menenun. Jadi setiap perempuan NTT harus tau menenun baru bisa kawin. Kalau belum bisa menenun, berarti belum boleh kawin,” ujarnya disambut riuh aplaus para perempuan di tempat itu.

Viktor mengatakan bahwa perempuan NTT wajib memiliki keterampilan dasar menenun sebagai bagian dari keutamaan perempuan NTT. Menenun, lanjut Viktor Laiskodat merupakan kearifan lokal yang menjadi budaya yang harus dilestarikan. Oleh karena itu, perempuan NTT harus memilikinya sebagai prasyarat untuk menikah.

8. Ancam tutup Hotel Sotis

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, mengancam menutup Hotel Sotis. “Periksa dan bongkar sekarang juga,” katanya sewaktu melakukan pembersihan pantai, Senin 4 Maret 2019.

Hotel yang berlokasi di pinggir pantai, Jalan Timor Raya, ternyata tidak menurunkan karyawannya untuk turut membersihan sampah. “Masa hotel di depan sini kok tidak ada tanggung jawab sedikit pun,” ucapnya. Dikatakan, dia tidak pusing dengan siapa pemiliknya.

“Kita tidak pusing siapa yang punya hotel,” ujarnya.

Dijelaskan, pihak hotel telah menabrak aturan karena jarak hotel ke arah pantai telah melanggar wilayah konservasi. “Ini kita lihat saja sudah tabrak aturan. Periksa dan bongkar sekarang juga,” tegasnya.

Tanggapan Hotel Sotis

Menanggapi hal itu, General Manager Hotel Sotis, Sari Sedhu, mengatakan selama ini pihaknya selalu menjaga kebersihan lokasi sekitar Hotel Sotis. Selain itu, soal izin pembangunan hotel, harus ditanyakan kepada pemilik Hotel Sotis.

“Kalau saya di sini kan sebagai operator, yang menjalankan hotel. Kalau soal izin dan aturan jarak 200 meter itu langsung tanya ke owner,” katanya Senin 4 Maret 2019.

Dia jelaskan, tiap pembangunan hotel pasti ada izinnya dari pemda setempat. Selain itu, tiap minggu, pihaknya selalu mengadakan pembersihan pantai secara berkala.

“Kami tiap minggu selalu bersihkan pantai. Soal tidak ada karyawan hotel yang ikut giat bakti ini, karena pihak kami tidak mendapatkan undangan, sehingga kami tidak tahu,” ucap Sari.

Selama ini, katanya, kalau ada aksi pembersihan, pihaknya selalu ikut. “Kalau kami tahu soal kegiatan ini dan diinformasikan untuk terlibat, kami selalu terlibat,” ungkapnya. ♦