EXPONTT.COM – Data terbaru Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menyebut total sebanyak 318 ekor babi ternak mati. Dari jumlah tersebut disebutkan dua ekor diantaranya terkonfirmasi mati akibat terserang African Swine Fever (ASF).
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Kesehatan hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT, drh. Melky Angsar, saat diwawancarai usai acara penyerahan menerima bantuan alat diagnostik Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) oleh PRISMA dan AIHSP, di Kantor Gubernur, Selasa 7 Februari 2023.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, lanjut Melky, hanya dua ekor babi ternak yang terkonfirmasi mati akibat ASF sedangkan 316 ekor babi ternak mati akibat penyakit lain.
Baca juga:Layanan Pengaduan Masyarakat yang Digagas Penjabat Wali Kota Kupang Membantu Ombudsman
Meski begitu, lanjut Angsar, ada kemungkinan lebih dari dua ekor yang mati karena ASF.
“Hanya 2 yang terkonfirmasi ASF, itu hasil laboratorium UPT Peternakan NTT. Sedangkan 316 ekor babi yang mati itu penyakit lain dan tidak diambil darahnya untuk diperiksa. Jadi bukan berati babi ternak yang mati akibat ASF hanya dua,” jelasnya.

Menurut drh. Melky, Kabupaten yang melaporkan terkait virus ASF datang dari Nagekeo. Tetapi hingga saat ini virus ASF penularannya berhenti di sembilan di kabupaten NTT.
Terkait keberlangsungan pemeriksaan kesehatan ternak babi di NTT setelah mendapat alat pendeteksi virus ASF yakni LAMP dan reagen dari Australia dengan jumlah terbatas, kedepannya akan ada Pergub agar ada pungutan bagi peternak babi yang mengirim ternak babi antar pulau.
“Supaya hasil dari pungutan terhadap pengusaha babi skala besar akan digunakan untuk membeli reagen setelah PRISMA Australia tidak men-support lagi pengadaan reagen,” jelas Angsar.
Soal besaran pungutan, lanjut Melky, harus dirancang oleh Biro Hukum Setda NTT supaya tidak menjadi pungutan liar nantinya.
Ikuti berita dari EXPONTT.com di Google News
Baca juga: Netizen Rekomendasikan 6 Poin Untuk Direksi Bank NTT Agar Kembali Pulih








