Pendeta Yandi Manobe Nyatakan Tolak LGBTQ, Minta GMIT Ikut Bersikap Tegas

Pendeta Yandi Manobe / foto: Gorby Rumung

EXPONTT.COM, KUPANG – Pendeta Gereja Injili Masehi di Timor (GMIT) ternama Nusa Tenggara Timur (NTT) Yandi Manobe secara tegas menyatakan menolak perilaku seksual Lesbian, Gay, Biseks, Transgender dan Queer (LGBTQ).

Menurutnya hal tersebut secara jelas menyimpang dan bertentangan dengan ajaran Alkitab.

“Kita dasarkan semua pada Alkitab, dalam Alkitab jelas, Tuhan menciptakan satu laki-laki dan perempuan,” tegas Yandi Manobe, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Eros Djarot Dukung Frans Aba Gubernur 2024

Dirinya berharap isu-isu humanis tidak dipakai untuk melegalkan LGBTQ.

“Jangan sampai kita pakai isu humanis bahwa manusia itu bebas, tidak bisa seperti itu. Kita punya pokok ajaran itu harus bersumber pada alkitab. Saya orang yang paling menolak LGBT,” tegas Yandi.

“Sampai hari ini gereja hanya menikahkan satu laki-laki dan satu perempuan, dan tidak setuju pada LGBT,” tambahnya.

Baca juga: Minta Kasus Kematian Roy Bolle Dikawal, Kuasa Hukum Kirim Surat ke Kapolri Hingga Jokowi

Meski begitu, dirinya berpandangan gereja harus tetap merangkul jemaat yang memiliki orientasi LGBTQ. “Dia punya tindakan kita tidak setuju tapi orangnya kita rangkul,” katanya.

Untuk itu dirinya mengatakan, gereja harus memperkuat pengajaran terkait penyimpangan orientasi seksual dengan peran serta seluruh perangkat di dalam gereja.

“Dalam pengajaran dan katekisasi sebenarnya sudah bicarakan hal tersebut. Itu yang harus diperkuat,” katanya.

Baca juga: Banyak yang Keliru, Ternyata Inilah 3 Tokoh di Patung Tirosa Kota Kupang

Untuk itu, dirinya menekankan pendekatan gereja terhadap kaum LGBTQ. “Pendekatan kepada mereka itu penting, karena biasanya mereka menghadapi masalah yang berbeda-beda,” ungkapnya.

Dirinya menjelaskan, pendeta GMIT saat ini identik dengan jemaat. “Tidak ada pendeta yang ditahbiskan tanpa jemaat, itu berarti, sudah ditegaskan dari awal, pendeta urusannya dengan jemaat,” jelasnya.

Secara personal, Yandi mengaku juga masuk ke ruang-ruang itu masyarakat yang membahas hal duniawi.

“Tugas kita untuk mengatakan mana yang boleh yang mana yang tidak. Gereja bertanggung jawab memberi budaya baru supaya kita tetap kawal (jemaat),” pungkasnya.♦gor

Baca juga: Marthen Konay Akan Bebas, Kuasa Hukum Keluarga Roy Bolle Duga ada Praktek Pembiaran Oleh Kejari Kota Kupang