EXPONTT.COM, KUPANG – Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Andriko Noto Susanto menyebut 130 ribu anak di NTT saat ini tidak bersekolah.
Hal tersebut diungkapkan Andriko Noto Susanto saat kegiatan Mendikdasmen Mendengar Cerita Pendidikan di NTT yang diselenggarakan oleh BPMP Provinsi NTT pada Kamis, 5 Desember 2024 di Hotel Aston Kupang.
Andriko Noto Susanto mengatakan, hingga saat ini, masih terdapat tantangan besar pada sektor pendidikan di NTT.
“Tantangan terbesar adalah tingginya angka Anak Tidak Sekolah yang mencapai lebih dari 130 ribu anak,” kata Andriko dihadapan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Dr. Abdul Mu’ti.
Selain itu, lanjut Andriko, masih terdapat kesenjangan besar dalam hal literasi dan numerasi. “Hasil Asesmen Nasional menunjukkan bahwa hanya 22 persen satuan pendidikan di NTT yang mencapai kompetensi minimal literasi, sedangkan tingkat kompetensi numerasi juga menunjukkan angka yang serupa,” jelas Pj. Andriko.
Selain itu, Pj. Gubernur Andriko menyebutkan bahwa kondisi geografis di NTT yang terdiri dari lebih dari 500 pulau juga menjadi tantangan tersendiri.
“Aksesibilitas menjadi hambatan serius bagi pelaksanaan pendidikan, di mana beberapa siswa bahkan harus menaiki mobil bak terbuka atau mencari sinyal di tempat tinggi untuk mengikuti pembelajaran berani. Hal ini menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih inklusif dan relevan dengan kondisi lokal,” tambahnya.
Terkait tantangan tersebut, Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto menyampaikan, Pemerintah Provinsi NTT telah melaksanakan sejumlah langkah strategis untuk meningkatkan literasi dan numerasi di kalangan pelajar.
Salah satunya adalah Gerakan NTT Membaca, NTT Menulis (GENTA BELIS), yang diluncurkan pada November 2024 yang bertujuan untuk menumbuhkan budaya literasi yang kuat di tingkat SMA/SMK juga merambah ke tingkat SD dan SMP. Beliau menambahkan, untuk mensukseskan peningkatan literasi, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat dan mitra pembangunan.
“Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, Pemerintah Daerah juga aktif mengembangkan kurikulum lokal yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerah, seperti Kurikulum Muatan Lokal Pangan Lokal yang diterapkan di Kabupaten TTS, yang fokus pada ketahanan pangan dan gizi yang seimbang untuk generasi muda,” ungkapnya.
18 Ribu Guru Belum Penuhi Standar Pendidikan
Di sisi lain, lanjut Andriko, isu kompetensi guru juga menjadi perhatian utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di NTT.
“Terdapat lebih dari 122 ribu guru di NTT, namun sekitar 18 ribu di antaranya belum memenuhi standar pendidikan formal yang ditetapkan, khususnya pada jenjang PAUD. Untuk itu, Pemerintah Provinsi NTT bekerja sama dengan berbagai lembaga mitra untuk memberikan pelatihan dan meningkatkan kompetensi guru agar mereka dapat lebih efektif dalam menyampaikan materi dan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif,” urainya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Mu’ti juga menekankan bahwa meskipun tantangan besar masih ada, semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor dapat mengubah keterbatasan menjadi peluang yang signifikan.
“Di balik tantangan, selalu ada potensi yang bisa kita kembangkan. Dengan kerja sama, saya yakin pendidikan di NTT dapat lebih maju, dan generasi muda di sini dapat memiliki kesempatan yang sama untuk sukses seperti anak-anak di daerah lainnya,” kata Menteri Mu ‘ti.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi, di mana para pemimpin daerah, Kepala Dinas Pendidikan dan berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di NTT berbagi ide dan praktik baik yang telah dilakukan di lapangan.
Diskusi ini menjadi langkah awal untuk merumuskan kebijakan yang lebih tepat guna untuk mengatasi tantangan pendidikan di NTT. Kemendikdasmen bersama Pemerintah Provinsi NTT berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas, inklusif dan relevan dengan kebutuhan zaman dengan semangat gotong royong.(*)