Belajar Dari Penggarap Yang Tidak Setia & Tidak Tahu Bersyukur

Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk - Ka SMPK

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

DAMAI TUHAN BESERTAMU, para saudaraku ytk. Agar damai Tuhan beserta para saudaraku, maka para saudaraku harus membuka hati kepada-Nya. Apalagi selama masa prapaskah ini, membuka hati kepada Tuhan, tanda bahwa para saudaraku adalah pribadi yang rendah hati. Dan hanya orang yang rendah hatilah yang dapat menjalankan puasa dan pantang dengan baik. Jangan lupa untuk selalu menjaga hati, perasaan dan pikiran agar tidak terjerumus ke dalam godaan setan.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Matius 21: 33 – 43. 45 – 46, yakni perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menceritakan perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. Kebun anggur ini menggambarkan Kerajaan Allah, yang dipercayakan kepada pemimpin agama dan umat Israel. Pemilik kebun (Allah) menyewakan kebun itu kepada penggarap (umat dan pemimpin) dengan harapan mereka akan merawatnya dan menghasilkan buah yang baik. Namun, ketika pemilik mengutus hamba-hambanya (para nabi) untuk mengambil hasilnya, penggarap itu justru menyiksa dan membunuh mereka. Bahkan, ketika Sang Pemilik mengutus Anaknya (Yesus), mereka membunuh-Nya juga, dengan harapan dapat mewarisi kebun itu. Demikianlah sikap para penggarap yang tidak setia dan tidak tahu bersyukur atau berterima kasih. Mereka menjadi seperti itu, karena mereka rakus dan tamak. Hal inilah yang membuat mereka buta mata iman dan buta mata hatinya. Mereka lupa akan kemurahan hati Tuhan kepada mereka. Ibarat air susu dibalas dengan air tuba.

Bagaimana dengan kita?
Kisah atau perumpamaan ini, tentunya mengingatkan kita akan tanggungjawab yang diberikan Allah kepada kita masing-masing. Kita adalah penggarap-penggarap yang dipercayakan untuk merawat “kebun anggur”, berupa: HIDUP, TALENTA, dan PELAYANAN, yang Tuhan berikan. Pertanyaannya, apakah kita menghasilkan buah yang baik? Atau justru kita mengabaikan tanggungjawab itu dan menolak suara Tuhan yang datang melalui Firman-Nya, nasihat orang lain, atau hati nurani kita?

Ingatlah, Allah menginginkan kita SETIA dan TAAT. Jika kita GAGAL menjadi penggarap yang baik, maka Kerajaan Allah akan diberikan kepada orang yang MAMPU menghasilkan BUAH.

Mari kita introspeksi Apakah kita sudah SETIA dan TAAT serta menjadi penggarap yang tahu BERSYUKUR atau BERTERIMA KASIH dalam menjalankan tugas dan panggilan kita? Apakah kita telah menghasilkan BUAH KASIH, KEBAIKAN, dan PELAYANAN untuk kemuliaan Tuhan? Jadilah penggarap yang baik, setia dan taat dan tahu bersyukur, dengan belajar dari penggarap yang tidak setia, tidak taat dan tidak tahu bersyukur dari bacaan Injil hari ini. Semoga demikian.