Salah satu aset negara indonesia adalah pariwisata. Hampir pasti disetiap wilayah kabupaten memiliki tentu punya lokasi pariwisata dengan beragam cerita unik, mengisahkan histori yang unik dan menarik para penikmat wisata.
Adalah Bapak Sipri Silab, S.Sik. seorang pemandu wisata di TTU dan sekaligus ketua Perhimpunan Pariwisata TTU, ketika ditemui disela sela kegiatan courses english, bertempat di lokasi coursesnya ” Stela Courses engliah” di Fatuteke, kelurahan Kefa Selatan, sabtu 13/02/2016 lalu pukul 18.00 witeng. Sipri sapaan kesehariannya mengjsahkan terkait industri pariwisata TTU, yang hingga kini belum dikelola secara baik, oleh pemerintah daerah kabupaten TTU, sebagai salah satu aset PAD yang sangat mungkin dapat mendorong kemajuan ekonomi masyarakat.
Untuk Kabupaten TTU, kita punya banyak lokasi wisata budaya dan juga wisata religi. Misalnya sonaf Maslete yang jaraknya masih berada dalam kota kabupaten, kemudian ada Sonaf Tamkesi di kecamatan Biboki Selatan Manufui, jaraknya kurang lebih 35-40 Km dari ibu kota kabupaten, ada Nooetoko kecamatan miomafo Timur, tempat berdirinya kabupaten TTU, ada gua Maria Bitauni di kecamatan Insana dan sonaf Taolin di Oelolok kecamatan Insana dan masih banyak lagi situs situs wisata yg hanpir tidak terjamah karena luput dari perhatian pemerintah. Karena kurang adanya promosi wisata dan peningjatan fasilitas pariwisata di TTU. Akibatnya kunjungan wisata mancanegara maupun wisata dalam negri, ke kabupaten TTU, setiap tahunnya tidak ada peningkatan.
Misalnya saja pemerintah daerah dalam hal ini, dinas pariwisata kahupaten TTU, dana promosi pariwisata baik ke dalam maupun keluar negeri sangat minim. Kalau kita mau jujur saja, pengalaman saya selama hampir 17 tahun bergelut dalam bidang pemandu wisata, sebenarnya beberapa tempat wisata budaya di wilayah ini yg sangat bagus dan bahkan jauh lebih menarik wisatawan seperti Tamkesi, karena tamkesi itu kampung Adat, yang masih sangat perawan, tidak terkontaminasi dengan perubahan luar, bahkan masyarakat di sana tidak memiliki agama. Kampung adat Tamkesi, terletak di atas bukit batu, penduduknya terbatas berdasarkan struktur adat.
Menurut saya Aset pariwisata seperti ini yang sangat diburu para pelaku / pelancong wisata. Saya pernah beberapa kali memandu wisata orang dari Belanda, Amerika dan Austria, mereka mengatakan Tempat ini bagaikan Intan yang berkilau. Saya tersenyum penuh rasa gembira.
Hanya saja sangat disayangkan sekali bahwa Tamkesi dan juga tempat wisata lainnya di kabupaten TTU. Belum dapat perhatian lebih dari Pemerintah. Maka sangat tidak heran jika obyek wisata kampung adat BOTI di kabupaten TTS jauh lebih mendunia dari obyek wisata budaya di TTU. Demikian Sipri ketua HIRA TTU.
Selanjutnya dikatakan bahwa minggu lalu kami baru saja diundang oleh Dinas Pariwisata TTU dalam rangka pembentukan Badan Promisi Wisata. Hanya saja belum ada finish pembentukan strukturnya, diharapkan semoga dengan adanya badan promosi ini, setidaknya dapat menjadi pintu masuk pembuatan program promosi pariwisata di kabupaten TTU ini.
Dinas Pariwisata juga sebaiknya mempunyai program pelatihan untuk para GAET / PEMANDU wisata. Pariwisata kita bisa berkembang, apabila didukung oleh pemandu wisata yang profesional. Profesional artinya memiliki kapasitas dalam bidang memandu wisata, paham sejarah obyek wisata, mengenal secara baik tata aturan ditiap lokasi obyek wisata, yang dibolehkan dan yang dilarang. Selain pengusaan bahasa minimal ada 4 bahasa dunia yang bisa digunakan secara baik dan benar. Tiga bahasa dimaksud adalah Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Cina serta bahasa Jepang.
Kami dari HIRA ( Himpunan Pariwisata TTU) sangat prihatin terkait menurunnya kunjungan wisatawan manca negara ke wilayah kabupaten TTU. dalam tahun 2010 hingga 2013 jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata budaya di kabupaten TTU kurang lebih setiap tahunnya ada 30- 50 orang. Tapi tahun 2014 hingga 2015 justru mengalami penurunan angka kunjungan selama 2 tahun terakhir ini kami mencatat hanya ada 30-40 orang saja. Dan rata rata mereka datang dari Australia, Belanda dan perancis sebagian kecil dari jepang.
Lebih lanjut dikatakan bahwa sekaranga ini kita sudah memasuki Era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), persaingan dengan makin kompetitive. Apa lagi kabupaten TTU yang juga berbatasan langsung dengan Districk Oequce negara Timor Leste. Yang konon sementara menata daerah itu menjadi bandara International Timor Leste dan lebih dari itu ada pembangunan aset perhotelan skala international. Jika pemerintah daerah kita tidak cukup tanggap merespon perkembagan pariwisata di TTU, maka kita akan terkikis dan terbelakang. Pariwisata ini adalah Salah satu aset daerah yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, meningkatkan PAD. jadi jangan menganak tirikan pariwisata. Propinsi Bali PAD nya 90% berasal dari industri pariwisata, Manado 80 % PAD dari industri Pariwisata. Semoga Pemerintah kita 5 tahun kedepan ini, dapat mengedepankan pariwisata. Sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat otomatis akan terjadi peningkatan. ♦ gerald