EXPONTT.COM, KUPANG – Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) bakal gelar Sidang Sidang Sinode Istimewa III di tahun 2025.
Sidang Sidang Sinode Istimewa III Tahun 2025 akan digelar di GMIT Center Kota Kupang, 1 hingga 10 Oktober 2025 mendatang dan akan dihadiri oleh lebih dari 500 peserta yang berasal dari 57 Klasis.
Diketahui , Sidang Sinode Istimewa (SSI) Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) merupakan forum tertinggi gerejawi yang setara dengan Sidang Sinode, memiliki peran penting dalam menetapkan keputusan strategis dan mendesak bagi arah pelayanan dan kesaksian gereja di tengah jemaat maupun masyarakat.
SSI merupakan forum yang penting karena tidak dilaksanakan setiap tahun.
Menurut sejarah, SSI Pertama dilaksanakan di Jemaat Kefas Kampung Baru, Klasis Kota Kupang pada tahun 1975.
Kemudian SSI II terjadi pada tahun 2010 di Jemaat Koinonia Kuanino, Klasis Kota Kupang yang membahas dan menetapkan Pokok-Pokok Eklesiologi GMIT, Tata Dasar GMIT, Peraturan Pokok (Pepok) Jemaat, Perpok Klasis, Perpok Sinode dan Peraturan Pemilihan Majelis Sinode.
Dalam siaran pers yang diterima ExpoNTT.com, Minggu, 28 September 2025, SSI III tahun 2025 akan dilaksanakan dengan agenda tunggal yakni pembahasan dan penetapan Pokok-Pokok Ajaran (PPA) GMIT.
Secara rinci, dijelaskan, SSI III tahun 2025 bakal membahas pelaksanaan amanat Sidang Sinode GMIT ke-35 di Sabu.
Sidang yang akan diikuti oleh ratusan pendeta, penatua dan diaken ini juga akan membahas Draft Pokok-pokok Ajaran GMIT yang disusun oleh Majelis Sinode GMIT.
Selain itu, SSI III ini juga akan menetapkan Pokok-pokok Ajaran GMIT yang akan menjadi panduan dan rumusan teologi di berbagai lingkup pelayanan GMIT.
Ketua Sinode GMIT Pdt. Semuel Pandie mengatakan SSI ke-III Tahun 2025 ini merupakan keseriusan GMIT untuk menyiapkan pokok-pokok ajaran gereja sebagai pegangan seluruh jemaat.
“Hal ini merupakan wujud keseriusan GMIT dalam membangun pengajaran yang Alkitabiah, sekaligus ‘mendarat’ dalam konteks kekinian. Ini mengajarkan bahwa gereja tidak lahir dari ruang hampa tetapi dari pergumulan iman, pengetahuan dan hikmat yang harus diuji terus secara bersama,” kata Pdt. Semuel.(*)