Opini  

Budaya Lokal Vs Budaya Global: Menjaga Jati Diri di Tengah Arus Globalisasi

Ilustrasi hakikat manusia vs disrupsi sosial

Oleh: Hendrik Don Dravida Buu, mahasiswa IFTK Ledalero

Globalisasi membuat kita hidup dalam dunia yang saling terkoneksi. Musik POP, makanan cepat saji, gaya hidup barat dan teknologi digital yang semakin hari, semakin mendominasi merupakan tanda dari adanya budaya global. Di tengah derasnya arus globalisasi, budaya lokal tetap memiliki posisi yang penting sebagai fondasi penopang identitas dan jati diri bangsa.

Budaya Global: Peluang dan Tantangan

Di berbagai bidang budaya global membawa banyak manfaat bagi banyak orang. Ia membuka akses ke informasi dan pengetahuan. Dengan menggunakan handphone, anak muda bisa belajar bahasa asing, mengetahui tren terbaru, dan wawasan semakin luas. Teknologi juga membantu menyebarkan informasi dengan cepat dan mendekatkan yang jauh. Namun, teknologi membawa tantangan yang serius yakni, terpinggirnya budaya lokal. Banyak orang lebih suka mendengarkan musik POP, dibandingkan musik tradisional dan lebih memilih pakaian bermerek luar negeri, dibandingkan pakaian motif batik. Hal sederhana itu memunculkan ketakutan bahwa suatu saat budaya lokal akan hilang.

Baca juga:  Manfaat Pendidikan Bagi Bangsa Indonesia

Budaya Lokal: Akar Menjaga Identitas

Budaya lokal sudah menjadi fondasi atau dasar dari karakter dan identitas masyarakat. Ia mencerminkan histori, cara hidup, dan nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun. Budaya lokal mengandung kearifan yang tidak pernah ada dalam budaya global. Contoh sederhananya adalah gotong royong yang mengandung nilai sosial dan memperkuat relasi sosial masyarakat. Sesuatu yang tidak selalu ada dalam budaya individualistis global.

Perlu Keseimbangan: Sinergi Bukan Dominasi

Di tengah gempuran arus globalisasi, satu hal yang ideal adalah menempatkan budaya global dalam posisi yang seimbang, bukan tindakan menolaknya. Selama tidak mengikis budaya sendiri, budaya global bisa dipelajari bahkan bisa diadopsi. Kita bisa mendengarkan musik POP dan mempelajarinya, tapi tetap harus menjaga keseimbangan dengan budaya lokal. Misalnya, menyanyikan lagu POP dengan memainkan alat musik tradisional, mengaplikasikan motif batik pada pakaian merek luar negeri dan menggunakan teknologi sambil memperkenalkan budaya kita di media sosial. Dengan demikian budaya global tidak menjadi dominasi. Disini peran pendidikan, masyarakat dan keluarga menjadi sangat penting untuk menjaga generasi yang transparan agar tidak kehilangan identitasnya.

Baca juga:  Hidroponik Sebagai Solusi Pertanian Ramah Lingkungan di Era Moderen: Upaya Awal Menuju Kemandirian Pangan di Kabupaten Nagekeo

Strategi Melestarikan Budaya Lokal

Arus globalisasi membawa pengaruh budaya asing yang kuat, terutama budaya barat yang dapat mengikis budaya lokal dan memunculkan anggapan bahwa budaya lokal kehilangan zaman. Menyadari pengaruh budaya asing yang begitu kuat dan untuk tetap melestarikan budanya lokal kita perlu melakukan strategi. Contoh strategi sederhananya adalah mengadakan festival budaya lokal, mempromosikan budaya lokal dalam media sosial, dan memperkenalkan dan mengajarkan nilai budaya lokal pada anak sebagai generasi penerus.

Baca juga:  Tenggelamnya Suara Rakyat di Balik Janji Politik

Melestarikan yang Lokal dan Memahami yang Global

Budaya lokal dan budaya global bukanlah hal yang saling bertentangan. Yang perlu dijaga adalah kesadaran dalam memilah dan mengolah pengaruh budaya global. Kita harus mampu menjadi generasi yang terus melestarikan budaya lokal tanpa tertinggal oleh zaman. Dengan demikian, kita tetap menjaga jati diri dan identitas bangsa sambil tetap terbuka terhadap dunia dan kemajuan zaman.