Dukung Asta Cita Prabowo-Gribran, Akademisi Sebut NTT Punya Potensi Besar Energi Terbarukan

Pakar kebijakan publik Universitas Nusa Cendana, Prof. Dr. David Pandie, Pakar energi dari Universitas Nusa Cendana, Prof Fredrik Benu dan pakar ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Dr. Frits Fanggidae di forum Diskusi Kebijakan Publik Energi dengan tema "Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran dari Sudut Pandang Energi" di Kupang, NTT, Senin, November 2025 / foto: ist

EXPONTT.COM, KUPANG – Sejumlah akademisi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menilai arah kebijakan energi nasional di bawah kendali Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah selaras dengan arah kebijakan pemerintah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam Asta Cita, terutama menuju transisi energi hijau dengan mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT).

Pakar kebijakan publik Universitas Nusa Cendana, Prof. Dr. David Pandie mengatakan, target Presiden Prabowo memang ambisius dan optimistis. Namun hal tersebut dinilainya realistis jika didukung strategi yang tepat.

“Menurut saya, kebijakan pemerintah saat ini sudah ke arah yang benar, tapi desain implementasi tahapannya perlu dikomunikasikan secara lebih jelas ke publik, apa yang dilakukan setiap tahap, apa indikator keberhasilannya,” ujar Prof David dalam Diskusi Kebijakan Publik Energi dengan tema “Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran dari Sudut Pandang Energi” di Kupang, NTT, Senin, November 2025.

Baca juga:  BPN Nagekeo Diduga Jadi Sumber Keributan dalam Proses Pencairan Ganti Rugi Bendungan Mbay Lambo

Prof David menjelaskan, ada dua poin penting untuk mendukung swasembada energi yang tengah dikejar oleh pemerintah.

Pertama, edukasi soal kondisi Indonesia saat ini yang tengah mengalami krisis akibat impor energi dan kebocoran subsidi energi.

Sehingga masyarakat bisa menggunakan energi dengan bijak dan subsidi yang diberikan bisa tepat sasaran. Kedua, menggalang kekuatan perguruan tinggi untuk gencar melakukan riset EBT agar membangun generasi yang peduli dan solider terhadap energi.

“Ilmu kita harus kuat untuk hasilkan EBT sesuai kondisi lokal. Misalnya NTT, potensi panas bumi karena ring of fire. Tapi apakah ada program studi panas bumi? Tidak ada. Harus ada inisiasi perguruan tinggi membangun itu. Sumber daya manusia dulu yang diperkuat, jadi peran teknologi penting untuk mendorong energi terbarukan lebih cepat. Kalau tidak, transisi akan lama dan tidak berujung,” ucapnya.

Baca juga:  Catat Sejarah, Misi Dagang Jatim-NTT Catat Transaksi Fantastis Rp1,8 Triliun

Pakar energi dari Universitas Nusa Cendana, Prof Fredrik Benu menegasakan Provinsi NTT siap menjadi salah satu pusat suplai EBT nasional untuk mendukung agenda Asta Cita pemerintah. Dia membeberkan NTT memiliki tiga sumber energi strategis yang bisa menopang bauran energi nasional, yakni panas bumi, biomassa, dan energi surya serta angin.

“NTT punya potensi besar. Flores sudah ditetapkan sebagai Flores Geothermal Island, Sumba sebagai Sumba Iconic Island dan Timor sebagai Timor Biomass Island,” ujar Prof Fredrik.

Baca juga:  Jadi Kandang Kambing, DPRD Kota Kupang Minta Pemkot Hidupkan Kembali Pasar Bimoku

Prof Fredrik menegaskan, diversifikasi energi menjadi kunci untuk mencapai target bauran energi 19–23 persen pada 2030 sesuai visi transisi energi dalam program Asta Cita Prabowo–Gibran. Provinsi NTT, kata dia, sudah memiliki berbagai diversifikasi energi untuk mencapai hal tersebut. “Swasembada energi itu soal kemampuan memasok energi sendiri, tidak bergantung dari luar. Untuk itu, EBT harus didorong serius dan masif,” katanya.

Menurutnya, suplai EBT dari NTT tidak hanya untuk kebutuhan lokal, tetapi juga berpotensi dikirim ke daerah lain seperti Jawa dan Bali. “NTT diharapkan memberi suplai energi baru terbarukan untuk Bali. Bahkan sudah ditawarkan juga untuk Jawa Timur dan Surabaya,” jelasnya.