Celakalah Kalian

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK

 

 

SALVE bagimu para saudaraku ytk.dalam Kristus Tuhan. Adakah hidup Anda sesuai dengan perintah dan ajaran Yesus, yakni saling mengasihi dengan tulus, saling mengampuni tanpa syarat, dan saling melayani tanpa pamrih? Jika hidup Anda tidak sesuai dengan perintah dan ajaran Yesus, maka Yesus juga akan mengecam Anda, dengan sebutan celakalah kalian. Pada hari ini Gereja Katolik sejagat memperingati Santa Teresia dari Yesus, Perawan dan Pujangga Gereja.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 11: 42 – 46, yakni Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Bacaan Injil hari ini merupakan kelanjutan dari perikop Injil hari kemarin. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengucapkan kata-kata yang tajam: “Celakalah kalian.” Ia mengecam orang-orang Farisi dan ahli Taurat bukan karena kebencian, melainkan karena kemunafikan yang membutakan HATI mereka. Mereka sibuk menampilkan kesalehan lahiriah, namun mengabaikan keadilan dan KASIH Allah. Mereka memikul beban hukum atas orang lain, tetapi tidak menyentuhnya dengan satu jari pun.
Namun, kata “celaka” yang diucapkan Yesus bukanlah kutukan, melainkan kecaman KASIH yang tegas. Ia berbicara sebagai Nabi, sebagai Anak Allah yang bersedih atas HATI yang keras. Kecaman itu adalah seruan profetik, panggilan untuk bertobat, bukan penghukuman final. Ia mengecam bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk menyadarkan.
Yesus berseru karena Ia peduli. Ia tidak ingin manusia binasa dalam kemunafikan. Ia ingin mereka kembali kepada kebenaran, kepada KASIH yang sejati, kepada hidup yang berakar dalam kehendak Allah.

Bagaimana dengan kita?
Apakah hidup kita dibumbui dengan kemunafikan?
Apakah kita lebih sibuk menjaga citra rohani daripada membiarkan kasih Allah mengubah HATI kita? Jika ya, maka kecaman Yesus berlaku juga bagi kita: “Celakalah kamu.”
Namun, jangan takut. Di balik kecaman itu, ada tangan yang terulur, ada HATI yang menunggu pertobatan, ada KASIH yang tidak pernah menyerah. Oleh karena itu, mari kita buka HATI. Dan biarlah kecaman itu menjadi cermin, bukan tembok. Biarlah kita bertobat, bukan tersinggung. Karena Tuhan menegur bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk mengangkat kita kembali ke jalan-Nya. Jadi, kuncinya adalah hiduplah sesuai dengan perintah dan ajaran-Nya: untuk saling mengasihi dengan tulus, saling mengampuni tanpa syarat dan melayani tanpa pamrih.

Pertanyaan refleksi:

1. Apakah ada bagian dari hidupku yang lebih mementingkan penampilan rohani daripada KASIH dan keadilan yang sejati?
2. Bagaimana aku merespons teguran Tuhan dalam hidupku dengan hati terbuka atau dengan pembenaran diri?
3. Apa langkah nyata yang bisa aku ambil hari ini untuk hidup lebih jujur, adil, dan sesuai dengan ajaran Yesus?

Selamat berefleksi.