♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK
SALVE bagimu para saudaraku ytk. dalam Kristus Tuhan. Hidup kita tidak tergantung dari kekayaan duniawi, melainkan juga dari kekayaan surgawi atau rohani atau spiritual. Oleh karena itu, kita harus seimbangkan antara mengejar kekayaan duniawi dan kekayaan surgawi. Jadi, jangan mengabaikan salah satunya.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 12: 13 – 21, yakni orang kaya yang bodoh. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita tentang bahaya keserakahan dan ilusi keamanan yang ditawarkan oleh harta duniawi. Ia menceritakan tentang seorang kaya yang menimbun hasil panennya, merasa puas, dan berkata kepada dirinya sendiri: “Bersukacitalah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah.” Namun Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang bodoh, malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti?” Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan satu kebenaran penting, yakni: keselamatan hidup yang kekal tidak tergantung pada kekayaan duniawi, melainkan pada kekayaan surgawi. Dunia menawarkan harta yang bisa lenyap dalam sekejap, tetapi harta surgawi menawarkan kekayaan yang kekal, KASIH, iman, pengampunan, dan kebaikan yang kita tabur dalam hidup ini.
Maka, mari kita seimbangkan antara mengejar kekayaan duniawi dan kekayaan rohani. Kita tidak dipanggil untuk mengabaikan dunia, tetapi juga tidak untuk diperbudak olehnya. Kita tidak akan membawa harta dunia saat meninggalkan dunia ini, tetapi kekayaan surgawi akan menjadi bekal kita menuju kehidupan kekal. Oleh karena itu, janganlah kita menjadi tamak akan harta duniawi, melainkan jadilah tamak akan KASIH, damai, dan kebaikan. Timbunlah kekayaan surgawi dengan cara: Pertama Berbagi kepada yang membutuhkan. Kedua Bersedekah dengan tulus. Ketiga Menggunakan harta dunia untuk memuliakan Tuhan dan menolong sesama. Dan yang perlu digarisbawahi bahwa kekayaan duniawi pun bisa menjadi aset surgawi jika digunakan dengan bijak dan penuh KASIH. Maka, marilah kita berlomba-lomba mengejar keduanya dengan penuh integritas, menjadikan hidup kita bermakna bukan hanya di bumi, tetapi juga di surga. Akhirnya, semoga kita menjadi pribadi yang BIJAK, yang tidak hanya kaya di dunia, tetapi juga kaya di hadapan Allah. Mudah-mudahan🙏🙏
Pertanyaan refleksi:
1. Apa bentuk kekayaan surgawi yang sudah aku kumpulkan selama ini, dan bagaimana aku bisa menambahnya dalam hidup sehari-hari?
2. Apakah aku selama ini lebih fokus menimbun harta duniawi daripada menggunakan berkat itu untuk menolong sesama dan memuliakan Tuhan?
3. Bagaimana aku bisa menggunakan kekayaan duniawi secara bijak agar menjadi aset rohani yang bernilai kekal di hadapan Allah?
Selamat berefleksi.







