Oleh: Lipat Aman
DIUJUNG Timur Indonesia, disebuah desa kecil bernama desa Adabang, angin laut selalu datang bersama harapan dan kerinduan. Di tepi pantai yang sunyi, berdirilah sebuah Gubuk Reot beratap dan juga berdiningkan daun kelapa sudah mulai lapuk. Disitulah tinggal seorang perempuan muda bernama oa Peni yang sedang mengandung anaknya yang pertama. Usianya baru menganjak 22 tahun, namun beban hidup yang ia tanggung seolah tidak kenal ampun.

Angin malam yang menusuk tubuh tak mampu dihalau oleh dinding rapuh gubuknya, tapi ia tetap bertahan. Matanya menatap langit-langit gubuk yang gelap, sementara suara deru debur ombak terus terdengar ritmis seolah menjadi pengantar tidur yang tidak pernah ia minta .Tidak ada ranjang empuk, tidak ada selimut hangat, namun ada kekuatan yang ia pelihara dalam diam yakni cinta pada anak dalam kandungannya. Dengan segala keterbatasan oa Peni menggantungkan harapan pada masa depan. Bahwa kelak, anaknya akan lahir dalam dunia yang lebih baik yakni dunia yang tidak memaksa ibunya tidur berlantaikan pasir dengan perut menahan dua kehidupan.
Kehamilan yang seharusnya menjadi masa bahagia dan penuh harapan. Namun bagi oa Peni, setiap hari adalah perjuangan antara lapar, lelah dan rasa takut akan masa depan. Ia jarang mengkonsumsi makanan bergizi karena keterbatasan ekonomi. Ditengah keterbatasan hari ini, oa Peni tidak sendirian.
Ikatan Bidan Indonesia Ranting Puskesmas Lato, Bersama Kepala Puskesmas, Koordinator 2h2 Center Dinas Kesehatan, Dokter Puskesmas, Pemerintah Desa Adabang, dan tenaga kesehatan lainnya , melakukan kunjungan langsung ke gubuk oa Peni. Kunjungan ini merupakan bagian dari selogan IBI “BIDAN SAHABAT PEREMPUAN” untuk memastikan bahwa meskipun hidup dalam kemiskinan, berjibaku dengan keterbatasan,namun IBI Rating Puskesmas Lato dan tenaga kesehatan lainnya hadir memberikan harapan untuk kehidupan yang lebih baik bagi oa Peni dan kehidupan baru yang sedang tumbuh di dalam dirinya.
Setibanya di lokasi, rombongan disambut oleh angin laut dan suara ombak yang bersahut-sahutan. Gubuk sederhana tempat oa Peni dan suaminya tinggal dengan dinding dan atap tampak sudah mulai usang. Meski begitu wajah oa Peni tampak ceria melihat kedatangan para petugas kesehatan dan pemerintah desa setempat.
Dalam kunjungan tersebut IBI Ranting Puskesmas Lato menyerahkan bantuan berupa paket perlengkapan bayi baru lahir,, ibu hamil dan nifas. Selain itu petugas kesehatan juga memberikan edukasi terkait persiapan persalinan, pola makan serta pentingnya menjaga kesehatan ibu dan janin.
“Kami ingin memastikan bahwa ibu hamil yang menjadi sasaran kami mendapatkan perhatian dan pelayanan yang layak, terutama menjelang persalinan” Ujar salah satu anggota IBI Ranting Puskesmas Lato.
Oa Peni tak kuasa menahan haru. Dengan suara pelan ia mengucapkan terima kasih atas kepedulian yang datang di saat ia merasa sendiri.
Oa Peni melewati hari-harinya dalam kesunyian, dengan suara angin dan ombak sebagai teman, dan bayangan akan bayi dalam perutnya sebagai penguat. Kisah ibu hamil oa Peni mengajarkan kita bahwa meski hidup dalam kemiskinan dibalik gubuk reot tersimpan kekuatan paling sunyi yakni Cinta Seorang Ibu Yang Tak Pernah Menyerah.








