DETASEMEN Khusus (Densus) 88 Mabes Polri, sejak Rabu 14 Desember 2016 dan Kamis 15 Desember 2016 telah melakukan penggeledahan di sebuah kamar kos yang selama ini ditempati almarhum Irwansyah (32) sejak 17 November lalu di Seba, Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua.
Dalam penggelahan di sebuah kamar kos milik Aba Jafar tepatnya di depan kantor Cabang Bank BRI Jalan Pelabuhan Seba tersebut, ditemukan sejumlah dokumen, satu unit laptop, sejumlah fotokopi buku tabungan, beberapa lembar KTP, dan HP.
Olah TKP dan barang bukti dalam hal ini laptop menjadi barang bukti dan akan dibawa ke Mabes Polri ke lab Forenshik untuk diketahui apa isi laptop tersebut.
“Kita sudah olah TKP dan laptop itu tidak bisa dibuka sehingga laptop itu akan dibawa ke Mabes Polri dan laboratorium forensik baru bisadiketahui yang ada didalam laptop,” ungkap Kapolres Kupang AKBP Ajie Indra Dwiatma yang diwawancarai VN, Kamis (15/12) malam ke telepon selulernya.
Kapolres menjelaskan, hasil dari penggeledehan tersebut diketahui bahwa pelaku datang ke Sabu pada 17 November 2016 lalu dan membayar uang sewa kos secara tunai Rp 500 ribu/bulan.
“Dari dokumen-dokumen juga diketahui bahwa ternyata pelaku seorang sarjana IT dan kedatangan ke Sabu dan melamar pekerjaan untuk menjadi guru. Tetapi dengan backgorund sarjana IT, beberapa sekolah yang didatangi tidak bisa menerimanya. Karena di sekolah belum ada pendidikan IT,” beber Kapolres.
Terkait motif, Kapolres mengaku belum bisa diketahui dan butuh waktu untuk menggali keterangan karena masih fokus pada pengendalian situasi dan keamanan supaya tidak melebar.
“Hari ini (kemarin) baru kita mulai menggali informasi dan olah TKP dan mencari informasi. Mulai dari kedatangan dan juga akan berkoordinasi dengan Polda NTT untuk mencari transaksi telepon dan transaksi rekening sehingga bisa lebih tahu profil pelaku,” pungkasnya.
Sulit Temukan Motif
Sementara itu, saat menggelar jumpa pers di Mapolda NTT kemarin petang, Kapolda NTT Brigjen Pol E Widyo Sunaryo yang didampingi Direskrimum Kombes Yudi Sinlaeloe dan Kabid Humas AKBP Jules Abast, Kapolda menegaskan bahwa Polda NTT hingga saat ini mengalami kesulitan dalam mengungkapkan motif di balik aksi penggorokan yang dilakukan Irwansyah terhadap tujuh siswa SD Negeri 1 Seba, Selasa 13 Desember 2016 lalu.
Disebut kesulitan karena Irwansyah yang merupakan pelaku tunggal dalam insiden berdarah tersebut, telah tewas terlebih dahulu oleh ribuan warga setempat yang merangsek masuk ke dalam sel tahanan Mapolsek Sabu Barat. “Dengan tewasnya Irwansyah tentu kami kesulitan untuk mengungkapkan motif pelaku dalam peristiwa itu. Tetapi saat ini, kami terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap motif pelaku,” tegas Kapolda. Saat ini, jelas Kapolda, Tim Densus 88 sedang melakukan pendalaman. Sehingga, Polda masih menunggu hasil penyidikan yang dilakukan oleh Tim Densus 88 yang tengah berada di Seba, Sabu Raijua.
Kapolda lebih lanjut menjelaskan, hasil penyidikan Polda NTT menyimpulkan bahwa tindakan Irwansyah merupakan tindakan kriminal yang tidak berkaitan erat dengan isu yang mengarah ke SARA maupun aksi terorisme seperti yang di beritakan melalui media sosial.
Sebab, tujuan yang bersangkutan datang ke Sabu Raijua semata-mata untuk mencari kerja dengan melamar sebagai tenaga IT di beberapa SMP dan SMA di Kabupaten Sabu Raijua. Namun, tidak diterima karena spesifikasi ilmunya tidak dibutuhkan di sekolah setempat. Dan dari infomasi yang didapatkan, pelaku baru di PHK dari Asuransi Patakul di Jakarta Selatan.
Tahan Diri
Sementara itu, Gubernur NTT Frans Lebu Raya meminta semua pihak menahan diri dan tidak menyebarkan informasi yang tidak benar, tidak akurat dan dapat memprovokasi orang. Sebab, dengan munculnya foto-foto di media sosial dapat memicu terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban.
“Saya ingin menjelaskan tentang kasus di Sabu. Saya minta semua orang menahan diri dan tidak menyebarkan informasi yang tidak benar, tidak akurat yang bisa memprovokasi orang. Karena banyak gambar atau foto-foto yang tersebar di media sosial ada juga yang bukan merupakan dari anak-anak kita,” kata Gubernur dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia kemarin siang di Aston Hotel Kupang.
Dikatakannya, para korban sudah berangsur pulih. “Jadi anak-anak kita yang terkena sayatan, sudah ada yang senyum-senyum, ketawa-ketawa, ada bilang sakitnya sudah berkurang, jadi tidak ada yang meninggal, kecuali pelaku,” Katanya.
Lanjutnya, pelaku insiden di SDN 1 Seba hanya satu orang, dan sudah meninggal dunia. Pelakunya tunggal, yang datang ke sekolah dan langsung menuju ruang kelas V SD. “Gurunya juga ada di dalam, pelaku langsung menuju salah satu siswa yang duduk dekat pintu, kemudian menyayat anak itu. Ada dua korban di kelas itu, ibu guru tidak berdaya, hanya bisa berteriak ‘Om jangan’,” jelas Gubernur. Bahkan, di sekolah tersebut semua gurunya perempuan dan hanya kepala sekolah saja yang laki-laki. “Jadi kejadian berlangsung cepat. Beruntung kantor Koramil dekat-dekat situ, jadi waktu guru-guru berteriak langsung tentara datang,” ujarnya. Gubernur kembali menegaskan bahwa pelaku dalam kejadian tersebut adalah tunggal, tidak berkelompok. ♦ web/VN